Pasien Anak Kecanduan Ponsel Bertambah di RS Jiwa Solo
Pasien Anak
Kecanduan Ponsel Bertambah di RS Jiwa Solo
Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD)
dr. Arif Zainudin, Solo, Jawa Tengah, mencatat adanya kenaikan signifikan
jumlah pasien kecanduan ponsel. Bahkan dalam tiga bulan terakhir sudah ada 35
pasien kecanduan ponsel yang berobat ke RSJD Solo.
Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa
Anak dan Remaja RSJD dr. Arif Zainudin, Aliyah Himawati, mengatakan, dulu
pasien kecanduan ponsel baru ada mungkin satu orang dalam sepekan. Sekarang,
dalam satu hari bisa satu sampai dua pasien. Semuanya merupakan anak-anak usia sekolah.
“Ini kan tahun ajaran baru, baru
mid semester itu sudah kira-kira ada 35 anak bahkan sampai rawat inap. Yang
rawat inap kemarin ada dua anak, sekarang sudah pulang,” kata Aliyah kepada
wartawan, Kamis (17/10).
Pasien yang rawat inap tersebut
terdiri dari satu siswa SMP dan satu siswa SMA. Sedangkan pasien rawat jalan
paling kecil usianya 10 tahun. Puluhan pasien tersebut berasal dari Solo dan
sekitarnya.
Dia menyebutkan, ciri-ciri anak
kecanduan ponsel biasanya orang tuanya sudah tahu si anak pegang ponsel terus.
Kemudian, anak sudah tidak bisa melakukan fungsi tugasnya sebagai anak sekolah
seperti sudah membolos sekolah, tidak mau sekolah, tidak mau belajar. Selain
itu, anak mengalami gangguan emosi dan kesulitan tidur.
Menurutnya, dalam menangani pasien kecanduan
ponsel disesuaikan dengan gejala yang muncul. Gejala bisa berbeda pada setiap
anak. Misalnya, gangguan emosi dan sulit tidur diatasi terlebih dahulu.
“Ada beberapa langkah yang kami
lakukan untuk mengatasi gangguan emosi itu salah satunya dengan obat
farmakoterapi, setelah itu langsung masuk ke terapi perilaku,” ungkapnya.
Pada awalnya, terkadang anak
merasa tidak kecanduan ponsel dan merasa baik-baik saja. Langkah pertama
sebelum masuk ke terapi perilaku, lanjutnya, anak harus mengakui kalau kecanduan
ponsel.
Aliyah menyatakan, proses terapi
tersebut dilakukan secara berkelanjutan. Untuk farmakoterapi paling tidak dua
pekan agar pasien lebih stabil. Sepekan pertama sudah bisa mulai terapi
perilaku dan berlanjut paling tidak enam bulan.
“Ada daftar kontrak apa yang
harus dilakukan pasien. Misalnya untuk anak yang masih sekolah jam belajar
sepulang sekolah harus ngapain, kalau dulu pegang ponsel setiap waltu sekarang
harus dibatasi. Pegang ponsel hanya boleh jam tertentu maksimal satu hari hanya
dua, jam apapun alasannya,” tegasnya.
Aliyah menambahkan, orang tua
perlu melakukan upaya dan memberi contoh untuk mencegah agar anak tidak
kecanduan ponsel. Meskipun, praktiknya agak susah karena tugas-tugas sekolah
terkadang memakai gawai.
Cara mencegahnya dengan
menggunakan gawai hanya untuk tugas-tugas sekolah. Kemudian, pada jam-jam
tertentu harusnya di keluarga tidak pegang ponsel semua. “Kalau orang tua
pegang ponsel, anaknya tidak boleh ya sama saja,” ujarnya.
Sumber: (Sumber: https://nasional.republika.co.id/berita/pzilao430/pasien-anak-kecanduan-ponsel-di-rs-jiwa-solo-bertambah
dengan penyesuaian)
Komentar
Posting Komentar