Pasien Lupa Orang Tua karena Kecanduan Ponsel
Selain di Bandung Barat, Rumah
Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr. Arif Zainudin Surakarta juga menerima pasien
kecanduan ponsel. Tahun ini, jumlah pasien tersebut semakin meningkat. Kepala
Instalasi Kesehatan Jiwa Anak Remaja RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta, Aliyah
Himawati, mengatakan fenomena tersebut sudah terjadi sejak tiga tahun lalu.
Namun belakangan, fenomena tersebut memang makin marak.
“Tiga tahun lalu ada tapi
sedikit. Sejak tahun ajaran baru ini ada sekitar 35 anak remaja. Sehari ada 1-2
anak yang berobat,” kata Aliyah, Kamis (17/10/2019).
Kondisi gangguan kejiwaan mereka
berbeda-beda. Pasien dengan kondisi yang sangat parah bahkan tidak mengakui dan
menganiaya orang tuanya
“Orang tuanya tidak dianggap. Dia
bilang kalau dia itu turun dari langit. Isi pikirannya itu yang ada di gim itu,
bahasanya bahasa di gim itu,” ujarnya.
Kebanyakan pasien tersebut
kecanduan gim ekstrem. Mereka tidak mau makan hingga tak mau sekolah. Kalaupun
sekolah, mereka ingin segera pulang untuk bermain gim.
“Ada yang niat ke sekolah itu
untuk main gim. Karena di sekolah ada wifi gratis. Sedangkan di rumah sudah
diputus orang tuanya,” kata Aliyah.
Penanganan pasien kecanduan
ponsel ini dilakukan sesuai dengan gejalanya. Pertama, pasien harus mengakui
jika dirinya kecanduan ponsel. Setelah itu, pasien diberi obat.
“Kondisi kecanduan ini membuat
cairan otak atau kerja saraf tidak seimbang. Langkah farmakoterapi atau
pemberian obat ini yang paling cepat bisa menyeimbangkan,” ujar dia. Kemudian
pasien akan menjalani terapi perilaku. Secara berangsur, dosis obat juga
diturunkan.
“Untuk pasien rawat jalan, kita
evaluasi dua minggu sekali. Mereka kita beri kontrak kegiatan. Sehari ngapain
saja. Sehari pegang ponsel itu hanya dua jam,” katanya.
Sebagai langkah pencegahan, dia
mengimbau kepada orang tua agar menjauhkan ponsel dari anak sejak dini. Saat
ini banyak orang tua yang mengenalkan ponsel terlalu dini.
Komentar
Posting Komentar