Kaidah Bahasa yang Khas Digunakan dalam Teks Anekdot



Kaidah Bahasa yang Khas Digunakan dalam Teks Anekdot

a)      Pertanyaan Retoris

Apakah kalian pernah mendapatkan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya? Itulah yang dinamakan pertanyaan retoris. Pertanyaan retoris bisa dijawab oleh penanya itu sendiri. Pertanyaan ini diberikan untuk menyindir, memberi nasihat, dukungan, atau pesan terhadap orang lain secara halus.

Contoh: Siapa yang tidak ingin bahagia?

Menurutmu, kamu tak pernah berdosa?

Apakah setiap orang berhak berbuat baik?

Perhatikanlah beberapa pertanyaan berikut.

b)     Majas Sindiran

Majas sindiran

merupakan kelompok majas yang mengungkapkan maksud atau gagasan dengan cara menyindir guna meningkatkan kesan dan makna kata terhadap pembaca.

Majas sindiran terdiri dari tiga macam, yaitu ironi, sinisme, dan sarkasme.

Ironi

Ironi adalah gaya bahasa yang melukiskan suatu maksud dengan mengatakan kebalikan dari keadaan yang sebenarnya dengan tujuan menyindir.

Contoh: Harga kedelai murah sekali sampai pabrik tahu dan tempe tutup karenanya.

Sinisme

Sinisme adalah gaya bahasa berupa ejekan atau sindiran menggunakan kata-kata kasar yang disampaikan secara langsung dengan setulus hati.

Contoh: Untuk apa punya banyak uang jika makan saja harus diatur timbangannya. Biar sewa, yang penting keren.

Sarkasme

Majas sarkasme merupakan gaya sindiran yang paling keras di antara tiga majas sindiran yang ada. Majas ini secara terang-terangan menyinggung, menyindir, atau menyerang seseorang atau sesuatu secara langsung, bahkan menggunakan kata-kata yang kasar.

Contoh: Sudah tahu tidak punya uang, masih saja ingin pergi liburan. Jangan mimpi!

Dari ketiga majas sindiran di atas, majas ironi dan sinisme lebih diterima untuk digunakan dalam teks anekdot. Hal tersebut terjadi karena kritik sosial yang disampaikan dalam teks anekdot bersifat santun.

 

c)      Kata Kerja Material

Teks anekdot banyak menggunakan kata kerja material, yakni kata yang menunjukkan suatu aktivitas. Hal ini terkait dengan tindakan para tokohnya dan alur yang membentuk rangkaian peristiwa ataupun kegiatan.

Contoh: Tatkala melintasi jembatan kecil itu, tiba-tiba orang yang suku Kluet melihat seekor ikan lele di antara bekas orang seumeukruep. Karena kaget, dia langsung berteriak, “Itu!!!”

Anak suku Aceh langsung melompat ke dalam kolam bekas orang mencari ikan tersebut. Seorang kepala sekolah berbicara kepada para siswa.

Komentar