Cara menyusun naskah lawakan tunggal
1.
Cara
menyusun naskah lawakan tunggal
Kali
ini kalian akan membuat naskah lawakan tunggal. Sebelum membuatnya, pahamilah
beberapa istilah yang terdapat dalam naskah lawakan tunggal berikut.
1. Set up
Set
up merupakan bagian tidak lucu yang berperan sebagai pengantar lelucon yang
disampaikan. Bagian ini biasanya berisi informasi. Pada teks anekdot, set up
berfungsi sama dengan krisis.
Contoh:
Anak saya itu memang jarang liburan.
2. Punch
Punch
atau punchline merupakan bagian yang mengandung unsur humor dan seharusnya
mengundang tawa penonton. Pada bagian ini, komika menyajikan kejutan atau
reaksi terhadap set up yang diberikan. Punch disebut juga sebagai pembelok
pikiran penonton karena berisi sesuatu yang di luar kewajaran atas set up yang
diberikan. Pada teks anekdot, punch berfungsi sama dengan reaksi.
Contoh:
Saya bawa ke tempat kerja saja, menurut dia itu tamasya. Dari pagi sampai sore
dia anteng nyusun lego, pakai batu bata. Kalau orang lain nyusun lego,
anak-anak, ya jadi robot, anak saya jadi pos ronda.
3. Bit
Sepasang
kesatuan set up dan punch yang membahas satu subtema disebut dengan bit. Sebuah
naskah terdiri dari beberapa bit yang saling berkaitan. Bit merupakan bagian
kecil dari naskah lawakan tunggal.
Contoh:
Anak saya itu memang jarang liburan. Saya bawa ke tempat kerja saja, menurut
dia itu tamasya. Dari pagi sampai sore dia anteng nyusun lego, pakai batu bata.
Kalau orang lain nyusun lego, anak-anak, ya jadi robot, anak saya jadi pos
ronda.
4. Rule of three
Rule
of three merupakan sebuah cara untuk mengundang tawa penonton. Rule of three
digunakan melalui penyampaian tiga hal atau contoh sesuatu, tetapi contoh yang
ketiga berupa hal yang lucu atau punch.
Contoh
ketiga berisi hal yang tidak terduga, tetapi tetap masih berkaitan dengan
contoh sebelumnya. Contoh: Dia bilang gini, “Bapak curang. Tidur di hotel,
makan nasi kotak, tiap hari naik lift.
Adapun hal yang perlu diperhatikan saat kalian menampilkan
lawakan tunggal adalah kesantunan dalam berbahasa. Meskipun anekdot atau
lawakan tunggal mengandung unsur kritik, kritik yang disampaikan harus santun
tanpa menggunakan kata-kata kasar. Penggunaan kata “maaf” atau “permisi” tidak dilarang
dalam menyampaikan lawakan tunggal, terlebih saat akan mengkritik orang yang
ada di depan kita. Selain itu, kritik yang disampaikan harus berdasarkan fakta
yang valid agar kritik dapat lebih diterima oleh pihak yang dikritik atau
audiensi.
Kesantunan dalam berpakaian dan bersikap pun harus
diperhatikan saat kalian ingin menampilkan lawakan tunggal. Gunakanlah pakaian
yang sopan, tetapi tetap nyaman. Gunakanlah gestur atau gerak tubuh yang tidak
membuat orang lain memikirkan sesuatu yang kurang baik.
Komentar
Posting Komentar