BERKARYA DAN BEREKSPRESI MELALUI PUISI
Puisi merupakan salah satu karya sastra, selain prosa dan drama. Sebagai sebuah karya sastra, puisi digunakan seseorang untuk meng- ungkapkan pikiran, gagasan, dan perasaannya dalam bentuk kata-kata yang indah. Kata-kata dalam puisi cenderung bersifat kiasan. Puisi biasa- nya disampaikan dengan teknik figuratif untuk menciptakan suasana- suasana yang mampu menggugah imajinasi, perasaan, dan keindahan bagi pembacanya. Dalam puisi, kata-kata dipilih sedemikian rupa secara selektif. Pemilihan kata tersebut bertujuan dapat memunculkan efek tertentu dan menampung makna yang menggambarkan pikiran, gagasan, dan perasaan penyair. Pemilihan kata-kata atau diksi juga harus mempertimbangkan irama, rima, larik, bait, dan tipografi (bentuk) puisi. Oleh karena itulah, unsur bahasa dalam puisi dianggap lebih padat jika dibandingkan dengan karya sastra lainnya.
Pada Suatu Hari Nanti
Karya Sapardi Djoko Damono
Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam
bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan
letih-letihnya kucari.
Setelah Dibawa ke
Ruangan Besar
Karya Wildan Pradisyta Putra
Kata ibuku, pagi adalah hari yang paling dinantikan banyak
orang di dunia. Tapi, aku dan teman-temanku di sini sepakat, kami benci pagi.
Karena di waktu pagi, kami harus berpisah dengan ibu-ibu kami. Berpisah dengan
orang yang paling kami sayangi.
Teman-temanku selalu menantikan waktu sore tiba. Atau, kata
Mbak Ratih, waktu senja. Tapi, kami lebih suka menyebut sore saja. Kami tak
begitu sering mendengar orang mengucapkan kata senja. Di waktu pergantian cerah
dan gelap itulah, kami bersukaria. Karena, ada sepasang tangan cantik yang
mengendong kami dan membawa kami kembali ke rumah.
Kadang, saking tak sabarnya menunggu dijemput ibu, aku
menangis. Seperti sore ini. Mbak Ratih pun selalu tahu apa yang harus dilakukan.
Ia memberiku mainan dan permen agar air mataku tak jatuh lagi.
Tapi, aku tetap menangis. Aku berjanji pada diriku sendiri
akan menghentikan tangisanku jika ibu sudah menjemputku. Kupandangi terus pintu
ruangan yang berwarna-warni dan ada berbagai lukisan- lukisan dan gambar-gambar
lucu itu. Ibu belum juga datang.
Ibu mengatakan, sayang sekali padaku setiap waktu. Katanya,
aku anak paling ganteng sedunia. Berkulit putih, berambut lurus, dan calon
pilot yang menerbangkan pesawat yang amat besar. Tapi, kenapa setiap hari ia
meninggalkanku dan menitipkanku di tempat ini. Walaupun tempat ini lebih indah
daripada rumahku, tapi akan lebih indah jika bersama ibu saja, bukan bersama
Mbak Ratih.
Ibuku bekerja di bank. Kata ibu, ia bekerja untuk
membelikanku mainan yang banyak, permen, dan cokelat kesukaanku. Aku senang
sekali mendengar itu.
Dulu, aku sempat dititipkan di rumah kakek dan nenek di
kampung. Yang jaraknya jauh sekali dan berjam-jam kalau naik bus. Tapi, aku tak
ingin bersama kakek dan nenek, aku tetap ingin bersama ibu.
Jadi, kukeluarkan teriakan dan air mata selama dua hari
berturut- turut. Akhirnya, usahaku berhasil, ibu menjemputku lagi. Dan
membawaku kembali ke kota.
Ayahku sudah tak pernah kelihatan lagi. Suatu ketika, aku
sangat kangen dengan ayahku. Di ruang tamu rumah kakek dan nenek, kami
berkumpul.
“Ibu, di mana ayah?” tanyaku.
“Ayah pergi bekerja jauh sekali,” jawab ibu.
“Bekerja ke mana kok ayah tidak pulang, Bu?” tanyaku lagi
“Ayahmu bekerja ke negeri yang jauh, pulangnya lama sayang,”
kata nenek.
“Ayah ingin membangunkan kita rumah yang terbuat dari permen
dan cokelat sayang, sambung ibu, Mari kita doakan ayah semoga ayah selalu
bahagia di sana!” kata ibu sambil mengusap-usap kepalaku.
Aku hanya mengangguk-angguk. Dan tak mau bertanya lagi
kepada mereka. Sebab, aku tidak ingin melihat kakek, nenek, dan ibu menangis.
Aku heran, kenapa orang yang bekerja harus ditangisi?
Mungkin mereka kangen sama seperti rasa kangenku pada ayah.
Kenapa orang dewasa juga suka menangis sama sepertiku?
Yang jelas, ketika ayah pergi, ibu tak pernah berhenti
bekerja. Tak ada hari libur bagi ibu. Aku heran, apa ayah tidak pernah
memberikan uang kepada ibu? Lalu, uang siapa yang digunakan ibu untuk membeli
cokelat dan mainanku setiap hari? Apa ayah jahat? Tapi, tidak mungkin ah, ayah
orang baik dan menyayangi kami. Ayah tidak mungkin menelantarkan kami. Dan
membiarkan ibu membiayai hidupku sendirian.
......
No. |
Perihal |
Teks 1 |
Teks 2 |
1. |
Bentuk |
Baris/larik Bait |
Paragraf/ Alinea |
2. |
Pengaturan bunyi akhir |
Ada akhir
bunyi -i |
... |
3. |
Bahasa |
... |
... |
4. |
Makna |
... |
... |
5. |
... |
... |
... |
6. |
... |
|
|
TUGAS BUATLAH 1 PUISI DENGAN TEMA BEBAS!
Komentar
Posting Komentar