EUFEMISME Faktor Penyebab Perubahan Makna

 Faktor Penyebab Perubahan Makna

                Ketika kita berbicara mengenai perubahan makna, maka perubahan tersebut akan berkaitan dengan sifat bahasa yang terus berkembang. Perkembangan bahasa akan sejalan dengan perkembangan pemikiran penutur atau pemakai bahasa. Bahasa akan selalu berkaitan dengan penuturnya, segala kebutuhan penutur ketika berkomunikasi tersampaikan melalui bahasa. Tidak menutup kemungkinan penutur bahasa akan menambah konsep-konsep baru untuk memenuhi kebutuhannya dalam berkomunikasi. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka akan dibuat kosakata atau ungkapan yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Hal inilah yang dapat menyebabkan perubahan. Perubahan terjadi karena manusia sebagai penutur bahasa memang memerlukan dan menghendakinya

            Dalam kegiatan berkomunikasi, kebutuhan akan kosakata atau kalimat menjadi hal yang mutlak. Ketika manusia membutuhkan kosakata baru untuk bidang-bidang tertentu, bisa saja ia mengambil kosakata yang telah ada dalam bahasa lain atau malah mengubah makna yang sudah ada sebelumnya menjadi makna baru. Perubahan makna dilakukan agar apa yang dipikirkan, dirasakan, dan apa yang diinginkan oleh penutur dapat tersalurkan melalui bahasa (Pateda, 2001: 159).    

              Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, faktor penyebab perubahan makna disebabkan karena perkembangan bahasa. Pada bagian ini akan kita bahas secara lebih rinci faktor-faktor yang menyebabkan perubahan makna. Faktor-faktor perubahan itu antara lain sebagai berikut (Ullman melalui Pateda, 2001: 163-168)

a.    Faktor Kebahasaan

Perubahan makna karena faktor kebahasan berkaitan dengan cabang linguistik, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis. Perubahan makna karena faktor kebahasaan ini misalnya kata sahaya yang pada mulanya berhubungan dengan budak. Akan tetapi, seiring dengan perkembangannya kata ini berubah menjadi saya yang mengacu pada kata ganti orang pertama hormat. Acuannya bukan budak lagi. Sejak saat itu, orang tidak lagi menghubungkannya dengan kata budak. Contoh lainnya misalnya, kata bermain mengalami perubahan makna ketika diubah menjadi bermain-main. Kata bermain bermakna ‘melakukan sesuatu untuk bersenang-senang’, sedangkan bermain-main bermakna ‘melakukan sesuatu tidak dengan sungguh-sungguh; berkelakar’. (1) Adzkia bermain sepeda di belakang rumah. (2) Dhifa hanya bermain-main saja, tidak perlu ditanggapi.

b.    Faktor Kesejarahan

Perubahan makna karena faktor kesejarahan berhubungan dengan perkembangan kata. Misalnya kata wanita berasal dari kata betina. Kata betina berhubungan identik dengan jenis kelamin hewan, misalnya sapi betina. Kata betina mengalami perkembangan menjadi batina, kemudian mengalami perubahan lagi menjadi watina dan berubah lagi menjadi wanita. Karena perubahan tersebut, pada saat ini orang tidak menghubungkan lagi kata wanita dengan hewan. Kata simposium dahulu bermakna ‘acara santai direstoran sambil makan, minum, dan berdansa’. Namun, pada saat ini kata simposium berkaitan dengan pertemuan ilmiah, maknanya yaitu ‘pertemuan dengan beberapa pembicara yang mengemukakan pidato singkat tentang topik tertentu atau tentang beberapa aspek dari topik yang sama’. Kata volt dahulu identik dengan nama Allesandro Voltas, yaitu penemu satuan tegangan listrik. Kini kata volt dihubungkan dengan satuan tegangan listrik yang diperlukan untuk mengalirkan satu ampere arus listrik melalui rintangan satu ohm.

c.     Faktor Sosial

Perubahan ini disebabkan karena perkembangan makna kata dalam penggunaannya di masyarakat. Karena dipengaruhi faktor sosial, makna kata dapat mengalami perubahan. Misalnya, kata gerombolan pada awalnya bermakna ‘orang yang berkumpul; kerumunan orang’, tetapi pada saat ini memiliki makna negatif yang berhubungan dengan ‘pemberontak’ atau ‘pengacau’.

d.    Faktor Psikologis

Karena faktor psikologis penutur, sebuah kata dapat berubah maknanya. Misalnya kata anjing, babi, monyet pada awalnya kata-kata tersebut merujuk pada nama-nama hewan. Nama-nama binatang tersebut kemudian berubah maknanya

ketika digunakan dalam makian. Contoh lainnya misalnya, bangsat yang pada awalnya bermakna nama hewan, yaitu kepinding atau kutu busuk. Binatang ini biasanya menggigit di dearah sensitif laki-laki atau perempuan sehingga menimbulkan rasa gatal. Karena binatang ini dianggap menjengkelkan, kemudian orang menyebut nama hewan ini ketika dalam keaadaan emosi atau kesal.

Perubahan kata karena faktor psikologi juga dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan tertentu, misalnya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Istilah kenaikan harga secara psikologis akan memberatkan masyarakat atau pelaku ekonomi. Istilah tersebut kemudian diganti dengan penyesuaian harga atau penyesuaian tarif. Dengan penggantian tersebut, diharapkan tidak banyak mendapat protes dari masyarakat.

e.    Pengaruh Bahasa Asing

Untuk keperluan berkomunikasi, kebutuhan penutur akan kosakata yang beraneka ragam kadang diperlukan. Tidak menutup kemungkinan penutur akan mengambil kosakata dari bahasa asing karena dalam bahasa yang biasa digunakan tidak terdapat konsep tersebut. Misalnya dalam bahasa Belanda terdapat kata akkoord menjadi akur, horloge menjadi arloji. Dalam bahasa Inggris terdapat kata reality menjadi realitas, qualification menjadi kualifikasi, abstract menjadi abstrak. Dalam bahasa Arab terdapat kata akhlaq menjadi akhlak, rizqi menjadi rezeki

f.     Kebutuhan Kosakata Baru

 Walaupun setiap bahasa memiliki ribuan atau jutaan kosakata, namun kadangkala untuk mengungkapkan suatu konsep baru seorang penutur tidak menemukan dalam bahasanya. Bisa jadi konsep baru tersebut memang belum ada lambangnya. Ketika hal ini terjadi, penutur dihadapkan pada tidak adanya media atau istilah baru yang mendukung pemikirannya. Oleh karena itu, penutur merasa perlu menciptakan kata atau konsep baru yang memang mereka butuhkan. Misalnya, kata anda digunakan untuk orang yang diajak berbicara atau berkomunikasi. Kata ini bersifat netral. Untuk menunjukkan rasa hormat kata anda diganti dengan saudara. Kata canggih diperlukan untuk menyebut perkembangan teknologi yang serba modern, rumit, dan ruwet.

Komentar