DRAMA
3.18 Mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan
konflik dalam drama yang dibaca atau ditonton
1. Pengertian Drama
Secara umum, drama adalah sebuah
karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dan memiliki maksud untuk
menampilkan sebuah pertunjukkan yang diperankan oleh aktor. Sedangkan
pengertian drama menurut para ahli sebagai berikut :
a. Menurut Moultoun, drama
merupakan kisah hidup yang dilukiskan dalam sebuah pertunjukan gerak.
b. Menurut Ferdinand Brunetierre,
drama merupakan sebuah seni yang dapat menghasilkan sebuah gerakan dan aksi
yang dapat dipertontonkan.
c. Menurut Budianta, drama
merupakan alur cerita sastra yang mempertontonkan penampilan fisik secara lisan
atau dialog yang dilakukan antar pemain.
d. Menurut Tim Matrix Media
Literita, drama yaitu sebuah bentuk cerita yang menggambarkan kisah kehidupan
manusia melalui perilaku tokoh yang dipentaskan.
e. Menurut Seni Handayani, drama
merupakan sebuah komposisi yang dihasilkan dari seni sastra dan seni
pertunjukan, sehingga menciptakan dua jenis drama, yaitu drama dalam bentuk
tertulis dan drama dalam bentuk pertunjukkan.
f. Menurut Wildan, drama
merupakan komposisi yang dilahirkan dari beberapa cabang seni, sehingga drama
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu drama bentuk teks tertulis dan drama
dalam bentuk dipentaskan.
g. Menurut Anne Civardi, drama
merupakan kisah yang ditampilkan melalui katakata dan diperagakan dengan gerak.
2. Ciri-Ciri Drama
a. Memiliki konflik.
b. Dalam drama pasti ada aksi
yang harus dimainkan.
c. Harus dilakonkan/diperagakan.
d. Waktu drama harus kurang dari
tiga jam.
e. Tidak ada pengulangan dalam
satu masa.
3. Tujuan Drama
a. Sebagai sarana bagi masyarakat
di semua kalangan.
b. Memperoleh pengetahuan tentang
seni teater
c. Sebagai media untuk
mengembangkan bakat mengenai estetika.
4. Manfaat Drama
a. Dapat meningkatkan rasa
percaya diri seseorang dan meningkatkan nilai sosial seseorang.
b. Memberikan kesempatan untuk
berkreasi dalam drama.
c. Dapat mengontrol emosi dengan
baik.
d. Dapat lebih menghargai
pendapat orang lain dengan lebih baik.
e. Dalam dunia pendidikan, drama
digunakan sebagai sarana edukasi yang baik dan menyenangkan.
5. Jenis-Jenis Drama
Drama dapat dikelompokan menjadi
3 bagian, yaitu : berdasarkan penyajian kisah drama, berdasarkan sarana, dan
berdasarkan keberadaan naskah.
a. Berdasarkan penyajian kisah
Berikut beberapa jenis drama
berdasarkan penyajian kisah drama, yaitu :
1) Tragedi, yaitu drama yang
memiliki alur cerita kesedihan
2) Komedi, yaitu drama yang
memiliki alur cerita tentang kelucuan para tokoh
3) Tragekomedi, yaitu drama yang
dipadukan antara drama tragedi dan komedi
4) Opera, yaitu drama yang
dilakukan dengan cara dinyanyikan sembari diiringi dengan musik
5) Melodrama, yaitu drama yang
dilakukan ketika berdialog sembari diiringi musik
6) Farce, yaitu drama yang berupa
dagelan, tetapi tidak keseluruhan adegan dalam farce sama dengan dagelan
7) Tablo, yaitu drama yang
tokohnya lebih mengutamakan gerak, para tokoh tidak melakukan dialog hanya
melakukan berbagai gerakan saja.
8) Sendratari, yaitu perpaduan
antara drama dengan seni tari.
b. Berdasarkan sarana
Jenis drama berdasarkan sarana
dapat dibedakan menjadi berikut :
1) Drama panggung, yaitu drama
yang dilakukan atau dipentaskan diatas penggaung sepenuhnya.
2) Drama radio, yaitu drama yang
hanya bisa didengar.
3) Drama televisi, yaitu drama
yang memiliki kemiripan dengan drama panggung, hanya saja drama ini berada di
televisi.
4) Drama film, yaitu drama yang
biasanya menggunakan layar lebar sebagai medianya.
5) Drama wayang, yaitu drama yang
biasanya diiringi dengan pagelaran wayang.
6) Drama boneka, yaitu pemeran
drama ini tidak dimainkan oleh aktor secara langsung, melainkan menggunakan
media boneka untuk pemerannya.
c. Berdasar keberadaan teks naskah
Jenis drama berdasarkan
keberadaan teks naskah dapat dibedakan menjadi berikut :
1) Drama tradisional, yaitu drama
yang dilakukan secara otodidak atau tidak menggunakan naskah
2) Drama modern, yaitu drama yang
dilakukan dengan adanya sebuah naskah.
6. Struktur Drama
a. Prolog (Adegan Pembuka) Prolog
berisi kata-kata pembuka, pengantar, ataupun latar belakang cerita. Prolog
biasanya disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu.
b. Dialog (Percakapan) Dialog
berisi percakapan antartokoh yang terjadi dalam cerita. Dialog harus memenuhi
dua tuntutan yaitu : dialog harus turut menunjang gerak laku tokohnya dan
dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada ujaran
sehari-hari.
Dalam dialog terdapat beberapa
struktur yaitu :
1) Orientasi Orientasi berisi perkenalan para tokoh yang
menyatakan situasi cerita tertentu. Orientasi juga berisi tentang pengajuan
konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama cerita tersebut dan ada
kalanya membayangkan resolusi yang akan dibuat dalam cerita itu.
2) Komplikasi Komplikasi adalah
bagian mengembangkan konflik. Dalam bagian ini pelaku utama menemukan
rintangan-rintangan antara dia dan aneka kesalahpahaman dalam perjuangan untuk
menanggulangi rintangan-rintangan ini.
3) Klimaks Klimaks adalah puncak
konflik yang terjadi di dalam cerita yang dialami oleh tokoh utama
4) Resolusi Resolusi adalah
bagian dimulainya penyelesaian dan pemecahan masalah yang sudah dihadapi oleh
sang tokoh.
c. Epilog (Adegan Akhir) Epilog
adalah bagian akhir atau bagian penutup dari sebuah drama. Epilog biasanya
berisi tentang kesimpulan dan pesan yang bisa diambil dari cerita drama
tersebut.
7. Unsur Intrinsik Drama
A. Unsur Intriknsik Drama
Unsur- unsur tersebut,
diantaranya sebagai berikut:
a. Tema
Tema adalah gagasan pokok atau
juga ide yang mendasari pembuatan dari sebuah drama. Tema yang biasa diangkat dalam
drama tersebut, melingkupi: masalah percintaan, kritik sosial, kemiskinan,
kesenjangan sosial, penindasan, keluarga yang retak, patriotisme,
perikemanusiaan, ketuhanan, dan renungan hidup.
b. Tokoh
Tokoh merupakan orang yang
berperan dalam sebuah drama. Tokoh tersebut dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Berdasarkan sifatnya, tokoh
diklasifikasikan diantaranya sebagai berikut :
a) Tokoh protagonis, yakni tokoh utama yang
mendukung cerita.
b) Tokoh antagonis, yakni tokoh
penentang cerita.
c) Tokoh tritagonis, yakni tokoh pembantu, baik untuk
tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis.
2) Berdasarkan perannya,
tokoh diklasifikasikan menjadi
tiga (3), yakni sebagai berikut:
a) Tokoh sentral, yakni
tokoh-tokoh yang paling menentukan dalam sebuah drama. Tokoh sentral adalah
penyebab dari terjadinya konflik. Tokoh sentral tersebut meliputi tokoh
protagonis serta juga tokoh antagonis.
b) Tokoh utama, yakni tokoh
pendukung ataupun penentang tokoh sentral bisa juga sebagai perantara dari
tokoh sentral. Dalam hal ini ialah tokoh tritagonis.
c) Tokoh pembantu, yakni
tokoh-tokoh yang memegang peran sebagai pelengkap atau tambahan dalam rangkaian
cerita
c. Perwatakan/Penokohan
Perwatakan/penokohan merupakan
penggambaran sifat batin seseorang tokoh yang disajikan di dalam suatu cerita.
Perwatakan tokoh-tokoh dalam drama itu digambarkan dengan melalui dialog,
ekspresi, atau tingkah laku sang tokoh. Watak dari para tokoh itu digambarkan
dalam tiga dimensi (watak dimensional) sebagai berikut :
1) Keadaan fisik, diilustrasikan
dengan melalui umur jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasmani, ciri khas
yang menonjol, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, suku bangsa, kurus/ gemuk,
atau suka senyum/cemberut.
2) Keadaan psikis, ini melingkupi
watak, kegemaran, standar moral, temperamental, ambisi, psikologis yang
dialami, mental, dan keadaan emosi.
3) Keadaan sosiologis, ini
melingkupi jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, agama, dan ideologi. Cara
pengarang menampilkan watak tokoh bisa secara langsung atau tidak langsung.
1) Secara langsung (analitik)
Pengarang menampilkan watak tokoh secara langsung dijelaskan di dalam teks
cerita.
2) Secara tidak langsung
(dramatik) Pengarang menampilkan watak secara tidak langsung lewat:
a) Dialog antartokoh/ percakapan
tokoh
b) Pikiran tokoh
c) Reaksi atau tanggapan tokoh
lain
d) Lingkungan tokoh
e) Keadaan fisik tokoh
d. Alur
Alur merupakan rangkaian
peristiwa dan konflik yang menggerakkan jalan cerita. Alur drama mencakup
bagian-bagian pengenalan cerita, konflik awal, perkembangan konflik, penyelesaian.
1) tahapan awal, pada tahapan
awal ini merupakan tahapan pengenalan tokohtokoh cerita serta perwatakan,
latar, dan lain sebagainya.
2) pemunculan konflik, tahap
selanjutnya penonton diajak pada pengenalan konflik. Pada tahap ini, konflik
yang merupakan bumbu agar suatu drama lebih menarik akan terjadi. Konflik-
konflik ini tentunya melibatkan semua pemain (tokoh). Dalam tahap ini pula
penonton akan mengenal alur dari cerita yang dibuat.
3) komplikasi, tahap komplikasi
atau tahap peningkatan konflik, semakin banyak insiden-insiden terjadi.
Beberapa konflik pendukung akan terjadi untuk menguatkan konflik utama pada
alur cerita.
4) Klimaks, merupakan tahapan
puncak dari konflik yang ada. Di tahapan ini merupakan tahap puncak dari
ketegangan yang terjadi mulai dari awal cerita.
5) Resolusi, merupakan tahap yang
menujukan jalan keluar dari setiap konflik yang ada. Teka teki pada setiap
konflik yang terjadi pada awal- awal cerita akan terungkap pada tahap ini.
Sering kali, perwatakan yang asli dari setiap tokoh akan muncul di tahapan ini.
6) Akhir, pada tahap ini adalah
bagian the ending of the story, dalam tahap ini semua konfiks telah terpecahkan
dan merupakan akhir dari cerita.
Macam-macam plot dalam suatu
cerita yaitu:
1) Alur maju (progresif), set cerita
berjalan maju, mulai dari masa kini ke masa yang akan datang.
2) Alur mundur (regresif),
kebalikan dari alur progresif. Set cerita berjalan mundur, yang mana masa kini
adalah sebuah hasil dari konflik-konflik yang terjadi pada masa lalu.
3) Alur campuran, alur cerita
yang mencampurkan masa kini dengan masa lalu dan juga dengan masa depan. Di
sebut juga alur bolak- balik. Cerita dengan alur ini mengungkakan konflik yang
belum selesai dari masa lalu, masa sekarang, dan penyelesaian di masa depan.
Saling terkait satu sama lain.
e. Setting atau Latar
Setting ataupun tempat kejadian
cerita sering disebut juga sebagai latar cerita Setting melingkupi tiga
dimensi, antara lain sebagai berikut.
1) Setting tempat merupakan
tempat terjadinya cerita di dalam sebuah drama, Setting tempat tidak dapat
berdiri sendiri. Setting tempat tersebut berhubungan dengan setting ruang serta
waktu.
2) Setting waktu merupakan waktu/zaman/periode
sejarah terjadinya cerita di dalam sebuah drama.
3) Setting suasana merupakan
suasana yang mendukung terjadinya cerita. Setting cerita tersebut dapat
didukung dengan tata suara atau juga tata lampu saat pementasan drama.
f. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan cara
pandang yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh,
tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita. Sudut pandang
adalah posisi dari mana pengarang bercerita apakah dia bertindak langsung dalam
bercerita atau sebagai pengobservasi yang berdiri di luar cerita. Sudut pandang
terdiri atas:
1) Sudut pandang orang pertama
atau akuan
a) Aku sebagai tokoh utama
b) Aku sebagai tokoh sampingan
2) Sudut pandang orang ketiga
atau diaan
a) Orang ketiga serba tahu
b) Orang ketiga terbatas atau
pengamat
g. Amanat atau Pesan Pengarang
Amanat merupakan pesan yang
disampaikan oleh pengarang kepada para pembaca atau penonton dengan melalui
karyanya (termasuk drama). Amanat tersebut memiliki sifat kias subjektif dan
umum, sedangkan untuk tema bersifat lugas, objektif, serta juga khusus. Amanat
drama itu selalu berhubungan dengan tema drama. Amanat juga menyangkut
nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat yang disampaikan secara implisit.
Nilai-nilai yang diambil antara
lain :
1) Nilai moral, yaitu aspek yang
berhubungan dengan perilaku, perbuatan baik atau buruk. Nilai moral merupakan
pesan moral dari perilaku tokoh
2) Nilai estetika, yaitu aspek
keindahan yang melekat pada karya sastra, misalnya pengkalimatan, diksi,
penggunaan alur yang variatif.
3) Nilai sosial, yaitu aspek yang
berhubungan dengan hubungannya di masyarakat sebagai makhluk sosial
4) Nilai budaya, yaitu aspek yang
berhubungan dengan adat istiadat, budaya yang berlaku di suatu daerah.
5) Nilai agama, yaitu aspek yang
berhubungan dengan keagamaan (religi) atau keyakinan kepada Tuhan.
h. Dialog (Percakapan)
Ciri khas naskah drama tersebut
berbentuk cakapan atau dialog, Di bawah ini merupakan beberapa hal yang
berkaitan dengan dialog dalam naskah drama.
1) Dialog tersebut harus
mencerminkan percakapan sehari-hari, karena di dalam drama itu merupakan
mimetik (tiruan) dari kehidupan sehari-hari.
2) Ragam bahasa dalam dialog
drama tersebut menggunakan bahasa lisan yang komunikatif serta juga bukan ragam
bahasa tulis.
3) Diksi (pilihan kata) yang
digunakan di dalam sebuah drama juga harus berhubungan dengan konflik serta
plot.
4) Dialog dalam naskah drama
tersebut juga harus bersifat estetis, artinya adalah memiliki bahasa yang
indah.
5) Dialog juga harus dapat
mewakili tokoh yang dibawakan, baik itu watak secara psikologis, sosiologis,
ataupun juga fisiologis.
i. Konflik
Konflik merupakan pertentangan
atau juga masalah dalam drama. Konflik tersebut dibedakan menjadi dua, konflik
eksternal dan internal.
1) Konflik eksternal merupakan
sebuah konflik yang terjadi antara tokoh dengan sesuatu yang berada di luar
dirinya.
2) Konflik internal merupakan
konflik yang terjadi antara tokoh dengan dirinya sendiri.
8. Unsur Ekstrinsik
Drama Unsur ekstrinsik merupakan
unsur yang datang dari luar namun mempengaruhi sebuah cerita yang disajikan.
Artinya, unsur-unsur ekstrinsik tidak terlibat pada jalannya cerita, namun
keberadaan unsur ini sangat mempengaruhi perkembangan sebuah cerita. Oleh
karena itu, dapat dijumpai kasus sebuah drama yang terbengkalai dikarenakan
oleh faktor ini. Yang termasuk unsur ekstrinsik sebuah drama yaitu:
a. Faktor ekonomi,
b. Faktor politik
c. Faktor sosial-budaya
d. Faktor pendidikan
e. Faktor kesehatan
f. Faktor psikologis pemain dan
kru
g. Kebijakan pemerintah, dan lain
sebagainya.
Komentar
Posting Komentar