Tugas Membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat dan cerpen.
Cermatilah kedua karya cerita rakyat dan cerpen!
Teks I cerita sejarah Malim Demam
Hikayat Malim Deman
Syahdan hiduplah seorang pemuda
yatim piatu pada zaman dahulu kala. Malim Deman namanya. Dia pemuda yang rajin
giat bekerja dan baik budinya. Setiap hari dia mengerjakan sawah dan ladang
milik ibunya yang berada dipinggir hutan. Dia bekerja membantu pamannya.
Di sekitar sawah milik ibu Malim
Deman itu tinggal seorang janda tua. Mandeh Rubiah namanya. Malim Deman sangat
akrab dengan janda tua itu. Bahkan, Mandeh Rubiah telah mengaggap Malim Deman
sebagai anaknya sendiri. Mandeh Rubiah kerap mengirimkan makanan kepada Malim
Deman ketika Malim Deman tengah menjaga tanaman padinya pada malam hari.
Pada suatu malam Malim Deman kembali menjaga tanaman
padinya. Dia hanya seorang diri ditengah sawah. Dia merasa sangat haus. Malim
Deman segera ke pondok Mandeh Rubiah untuk meminta air minum. Belum juga Malim
Deman tiba di pondok Madeh Rubiah, Malim Deman mendengar suara beberapa
perempuan di belakang pondok Mandeh Rubiah. Dengan berjalan berjingkat-jingkat,
Malim Deman segera menuju sumber suara yang sangat mencurigakan tersebut.
Terperanjatlah Malim Deman ketika
melihat tujuh bidadari tengah mandi di kolam yang terletak di belakang pondok
Mandeh Rubiah. Malim Deman sangat terpesona melihat kecantikan tujuh bidadari
itu ketika wajah mereka terkena sinar rembulan yang tengah purnama. Malim Deman
juga melihat tujuh selendang tergeletak di dekat kolam itu. Malim Deman
menerka, tujuh selendang itu digunakan para bidadari untuk terbang dari
khayangan ke kolam itu. Maka, dengan berjalan mengendap-endap dia mendekati
tujuh selendang itu dan mengambil salah satu selendang. Segera disembunyikan
selendang itu dan dia kembali mengintip tujuh bidadari yang tetap mandi
tersebut.
Menjelang waktu pagi datang,
tujuh bidadari itu berniat kembali ke khayangan. Salah satu bidadari, yakni
bidadari bungsu, tidak dapat menemukan selendangnya. Enam kakaknya telah
berusaha turut membantu mencari selendang itu, namun hingga menjelang fajar
selendang milik bidadari bungsu tetap tidak ditemukan. Karena matahari sebentar
lagi terbit, enam bidadari yang telah mendapatkan selendang dengan terpaksa
meninggalkan adik bungsu mereka. Keenamnya menggunakan selendang mereka
masing-masing untuk terbang kembali ke Khayangan.
Sepeninggalan kakak-kakaknya, si
bungsu menangis. Dia ketakutan untuk tinggal dibumi Malim Deman lantas
mendekati dan menghibur si bidadari bungsu. Malim Deman kemudian mengajak
bidadari itu kerumah Mandeh Rabiah. Dengan hati gembira Mandeh Rabiah menerima
bidadari bernama Putri Bungsu itu dan mengakuinya sebagai anak.
Malim Deman kembali ke rumahnya
setelah mengantarkan bidadari bernama Putri Bungsu ke rumah Mandeh Rabiah.
Sesampainya di rumah, Malim Deman menceritakan kejadian yang dialaminya kepada
ibundanya. Dijelaskannya pula adanya bidadari yang tinggal bersama Mandeh
Rabiah. Malim Deman lalu memberikan selendang bidadari itu kepada ibunya untuk
disimpan. Malim Deman meminta ibunya untuk menyembunyikan selendang itu
selamanya.
Sejak saat itu Malim Deman kian rajin berkunjung ke rumah Mandeh Rabiah untuk menemui Putri Bungsu. Malim Deman dan Putri Bungsu tampaknya saling jatuh cinta. Keduanya lantas menikah. Tidak beberapa lama mereka dikarunia seorang anak laki-laki. Malim Deman memberi nama Sutan Duano untuk nama anak lelakinya itu.
Putri Bungsu semula sangat berbahagia bersuamikan Malim Deman. Namun sejak Sutan Duano lahir, perangai Malim Deman menjadi berubah. Malim Deman malah lebih banyak menghabiskan waktunya di arena perjudian. Dia sangat senang menyabung ayam dengan menggunakan taruhan. Begitu senangnya dia dengan perjudian hingga seringkali dia tidak pulang berhari-hari lamanya.
Putri Bungsu menjadi sangat
bersedih melihat perangai buruk suaminya. Dia kadang menangis sendiri meratapi
nasibnya. Kerinduannya untuk pulang kembali ke kahyangan kembali muncul.
Semakin lama rasa itu semakin besar. Hingga pada suatu saat dia menemukan
selendang miliknya di rumah ibu Malim Deman. Dia berpura-pura hendak menjemur
selendang itu. Seketika dia membawa selendang itu kerumahnya. Putri Bungsu
kemudian menemui Bujang Karim pegawai Malim Deman. “Tolong kau sampaikan kepada
Malim Deman, aku akan kembali ke Kahyangan dengan membawa Sutan Duano.”
Bujang Karim segera cepat mencari
Malim Deman ke arena perjudian. setelah bertemu diceritakannya pesan dari Putri
bungsu kepada Malim Deman.
Malim Deman panik dengan
terburu-buru dia segera kembali ke rumah untuk menemui istri dan anaknya. Namun
terlambat. Sesampainya dirumah, istri dan anaknya sudah tidak ada. Istrinya
telah membawa anak kesayangannya kembali ke Kahyangan. Malim Deman hanya dapat
menyesali kepergian anak dan istrinya. Benar-benar dia sangat menyesal. Namun
penyesalan hanya penyesalan, apa yang telah terjadi tidak dapat diulang lagi.
Akibat sikap buruknya dia harus kehilangan keluarga yang dicintainya.
Teks II cerpen Perasaan Seorang Ibu Karya Shinta Yunita Ramawati
Jam dinding rumahku menunjukkan
pukul 19.00 WIB. Setelah shalat berjamaah, kami sekeluarga pun makan malam
bersama. Ada ayah, ibu dan aku. Memang benar aku adalah anak tunggal. Sebelum
kami menghabiskan makan malam, ibu berkata jika ibu akan menginap di rumah
nenek selama 2 hari untuk merawat nenek yang sedang sakit.
Jam dinding rumahku menunjukkan
pukul 19.00 WIB. Setelah shalat berjamaah, kami sekeluarga pun makan malam
bersama. Ada ayah, ibu dan aku. Memang benar aku adalah anak tunggal. Sebelum
kami menghabiskan makan malam, ibu berkata jika ibu akan menginap di rumah
nenek selama 2 hari untuk merawat nenek yang sedang sakit.
“Berhubung kalian sedang libur
semester, Ibu akan menginap 2 hari, jadi jaga rumah baik baik. Jangan pesan
makanan dari luar, ibu sudah membuatkan makanan untuk 2 hari. Ibu taruh
makanannya di kulkas, jika ingin memakannya tinggal menghangatkannya saja. Jaga
kebersihan rumah ya, Jangan sampai berantakan.” Kata ibu panjang lebar.
“Siap bu” kataku
“Ya bu” kata ayah
Keesokan harinya, ibu
bersiap-siap. Kami membantu menyiapkan barang-barang ibu. Tak lama kemudian
taksi yang dipesan ibu untuk mengantar ibu ke rumah nenek sudah siap di depan
rumah. Kami mengantar ibu ke depan rumah. Sebelum masuk ke mobil, ibu berpesan
“jaga kondisi rumah ya, kondisi rumah harus sama seperti kondisi sebelum ibu
pergi. Oh ya makanan yang di kulkas harus dihabiskan!” kemudian ibu langsung
masuk mobil.
Kami berdua melambai ke arah ibu.
“Hati-hati Bu” kataku
Setelah taksi ibu sudah tidak
terlihat lagi, kami berdua langsung masuk ke rumah. Kemudian kami langsung
bersenang-senang di rumah. Ayah langsung menyalakan musik sekeras-kerasnya. Aku
yang tidak mau kalah langsung menyalakan TV dan membesarkan volumenya
sekeras-kerasnya. Sambil melihat TV aku memakan camilan sebanyak banyaknya. Aku
pun tertidur di sofa.
Tak terasa hari sudah sore. Aku
baru saja bangun dari tidur dan melihat rumah yang sangat berantakan.
Bungkus-bungkus camilan berserakan di lantai. Karpet-karpet berantakan dan
banyak jajan yang tercecer di lantai. aku menghiraukannya, toh masih ada hari
besok untuk membersihkannya. aku pun langsung mandi dan pergi ke kamarku. Jam
menunjukkan waktu makan malam. Kami tidak memakan makanan buatan ibu, bahkan
ayah pesan ayam goreng dari McDonals.
Keesokan harinya kami bangun
kesiangan. Mengingat malam nanti ibu pulang, ayah langsung menghangatkan semua
makanan yang ada di kulkas untuk menu sarapan dan makan siang hari ini. Aku
yang ingin menonton TV tidak bisa, ternyata hari ini ada pemadaman listrik.
Mendengar hal itu kami berdua langsung bingung dan sedih.
Rumah beratakan dan tidak bisa
menggunakan vacum cleaner. Setelah sarapan, kami semua bekerja bakti dari pagi
sampai sore. Akhirnya semua dapat terselesaikan dengan baik. Kondisi rumah
kembali bersih seperti semula.
Setelah itu kami bersiap-siap
menunggu kedatangan ibu. Tak lama kemudian ibu sudah sampai di depan rumah.
Kemudian ibu masuk ke rumah dan melihat kondisi rumah sedetail-detailnya. lalu
melihat kulkas. Semua kondisi rumah sangat bersih tak meninggalkan satu noda
pun dan makanan ibu juga telah habis tanpa sisa. Kami semua tersenyum menunggu
komentar ibu. Tak disangka ibu langsung masuk ke kamar dan ekspresi ibu berubah
menjadi sedih. Kami berdua bingung. Keesokan harinya ibu juga masih sedih. Aku
sangat bingung. Lalu aku pergi ke rumah sahabatku bernama ana yang menurutku
pintar dalam hal perasaan. Aku menceritakan semua yang terjadi kepada ana.
“Mengapa ibuku menjadi sedih
padahal semua yang kami lakukan sesuai dengan
permintannya?” tanyaku heran.
Lalu dia tersenyum dan berkata
“kamu melakukannya dengan bagus. Bahkan kalian melakukannya lebih dari bagus”
“Maksudnya?” tanyaku masih belum
mengerti.
“Maksudnya, kamu dan ayahmu itu
melakukan pekerjaan rumah dengan sempurna walaupun tanpa ibumu. Sehingga ibumu
sedih dan merasa sudah tidak dibutuhkan lagi”
Mendengar hal itu aku menjadi sedih
dan langsung berlari pulang. Sesampainya di rumah, aku langsung mengacak-ngacak
kamarku dan lemariku dan bertanya kepada ibu “bu tolong carikan baju batikku di
lemari”. Lalu ibu langsung masuk ke kamarku dan lansung berkata “ya ampun ali,
berantakan sekali kamarmu.
Ini dia baju batikmu. Cari baju
batik saja kok gak ketemu. Bagaimana kamu bisa hidup
tanpa ibu” Kata ibu.
Kulihat wajah ibu yang mengomel sekaligus kerut wajah ibu yang terlihat bahagia. Melihat hal itu, aku pun bahagia serta mengerti perasaan sebenarnya dari seorang ibu.
****
Setelah membaca cerita rakyat berjudul Malim Demam dan cerpen berjudul Perasaan Seorang Ibu karya Shinta Yunita Ramawati, bandingkan nilai-nilai dalam cerita rakyat dan cerpen tersebut!
Selamat mengerjakan!!
Komentar
Posting Komentar