TUGAS : 4.8 Mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke dalam bentuk cerpen dengan memerhatikan isi dan nilai-nilai lisan atau tertulis.
TUGAS : Mengembangkan Hikayat ke dalam Bentuk Cerpen
Petunjuk!
1. Bacalah dengan cermat hikayat berikut!
2. Pahamilah isinya dengan baik
3. Buatlah kerangka cerpen
4. Kembangkanlah cerita rakyat dengan memerhatikan isi
dan nilai dalam bentuk cerpen!
Hikayat Indera Bangsawan
Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri
Kobat Syahrial. Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra.
Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah
kepada fakir dan miskin. Hatta beberapa lamanya. Tuan Puteri Siti Kendi pun
hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya
dengan panah dan yang muda dengan pedang. Maka baginda pun terlalu amat
sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda Indera
Bangsawan.
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun
sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian.
Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga
saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. Setelah beberapa lamanya, mereka
belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat tipu peperangan. Maka
baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri
karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari
muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan
seorang pemuda yang berkata kepadanya: barang siapa yang dapat mencari buluh
perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.
Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan
Indera Bangsawan pun bermohon pergi mencari buluh perindu itu. Mereka masuk
hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju
ke arah matahari hidup.
Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah
dengan angin ribut, taufan, kelam kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan
barang suatu pun. Maka Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah
teduh hujan ribut, mereka pun pergi saling cari mencari.
Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah
bercerai dengan saudaranya Indera Bangsawan. Maka ia pun menyerahkan dirinya
kepada Allah Subhanahuwata'ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya.
Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada suatu
taman, dan bertemu sebuah mahligai. la naik ke atas mahligai itu dan melihat
sebuah gendang tergantung. Gendang itu dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia
terdengar orang yang melarangnya memukul gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan
ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu.
Putri Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh Garuda.
ltulah sebabnya la ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul.
Di dalam cembul yang lain ialah perkakas dan dayang-dayangnya. Dengan segera
Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu
dibunuhnya. Maka Syah Peri pun duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Raina
Sari sebagai suami istri dihadap oleh segala dayang-dayang dan inang
pengasuhnya.
Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi
mencari saudaranya. la sampai di suatu padang yang terlalu luas. la masuk di
sebuah gua yang ada di padang itu dan bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa
itu menjadi neneknya dan menceritakan bahwa lndera Bangsawan sedang berada di
negeri Antah Berantah yang diperintah oleh Raja Kabir.
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan
akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada
demikian,negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja
Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu
akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. Hatta
berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli
nujum mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat
menyembuhkan penyakit itu. Baginda bertitah lagi. “Barang siapa yang dapat susu
harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri."
Setelah mendengar kata-kata baginda, si Hutan pun
pergi mengambil seruas buluh yang berisi susu kambing serta menyangkutkannya
pada pohon kayu. Maka ia pun duduk menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya
dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali seperti dahulu kala.
Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta
susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan
berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang
menyediakan pahanya diselit besi hangat. Maka anak raja yang sembilan orang itu
pun menyingsingkan kainnya untuk diselit Indera Bangsawan dengan besi panas.
Dengan hati yang gembira, mereka mempersembahkan susu kepada raja, tetapi tabib
berkata bahwa susu itu bukan susu harimau melainkan susu kambing. Sementara
itu, Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari raksasa (neneknya) dan
menunjukkannya kepada raja.
Tabib berkata itulah susu harimau yang sebenarnya.
Diperaskannya susu harimau ke mata Tuan Puteri. Setelah genap tiga kali
diperaskan oleh tabib, maka Tuan Puteri pun sembuhlah. Adapun setelah Tuan
Puteri sembuh, baginda tetap bersedih. Baginda harus menyerahkan tuan puteri
kepada Buraksa, raksasa laki-laki apabila ingin seluruh rakyat selamat dari
amarahnya. Baginda sudah kehilangan daya upaya.
Hatta sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada
Buraksa. Baginda berkata kepada sembilan anak raja bahwa yang mendapat jubah
Buraksa akan menjadi suami Puteri. Untuk itu, nenek Raksasa mengajari Indera
Bangsawan. Indera Bangsawan diberi kuda hijau dan diajari cara mengambil Jubah
Buraksa yaitu dengan memasukkan ramuan daun-daunan ke dalam gentong minum
Buraksa. Saat Buraksa datang hendak mengambil Puteri. Puteri menyuguhkan
makanan, buah-buahan, dan minuman pada Buraksa. Tergoda sajian yang lezat itu
tanpa piker panjang Buraksa menghabiskan semuanya lalu meneguk habis air minum
dalam gentong.
Tak lama kemudian Buraksa tertidur. Indera
Bangsawan segera membawa lari Puteri dan mengambil jubah Buraksa. Hatta Buraksa
terbangun, Buraksa menjadi lumpuh akibat ramuan daun-daunan dalam air minumnya.
Kemudian sembilan anak raja datang. Melihat Buraksa
tak berdaya, mereka mengambil selimut Buraksa dan segera menghadap Raja. Mereka
hendak mengatakan kepada Raja bahwa selimut Buraksa sebagai jubah Buraksa.
Sesampainya di istana, Indera Bangsawan segera
menyerahkan Puteri dan jubah Buraksa. Hata Raja mengumumkan hari pernikahan
Indera Bangsawan dan Puteri. Saat itu sembilan anak raja datang. Mendengar
pengumuman itu akhirnya mereka memilih untuk pergi. Mereka malu kalau sampai
niat buruknya berbohong diketahui raja dan rakyatnya.
Sumber: Buku Kesusastraan Melayu Klasik
Komentar
Posting Komentar