RANGKUMAN MATERI PJJ BAHASA INDONESIA KELAS X SEMESTER GASAL
A.
LAPORAN
HASIL OBSERVASI
a) Isi Laporan Hasil Observasi
1. Laporan observasi merupakan penyampaian suatu
kegiatan yang diamati secara cermat sesuai dengan data dan fakta.
2. Laporan hasil observasi bukan berdasarkan imajinasi
atau rekayasa.
3. Hal ini menegaskan bahwa bahwa laporan hasil
observasi adalah sesuatu yang sudah terjadi.
4. Ciri-ciri laporan hasil observasi
(a) mengandung fakta,
(b) bersifat objektif,
(c) ditulis lengkap dan menyeluruh,
(d) bersifat kekinian/terbaru,
(e) menambah pengetahuan dan wawasan pembacanya.
5. Fungsi laporan hasil observasi pada posisinya ada
dua, yaitu berdasarkan pengamatan objek dan pengamatan kegiatan.
6. Secara umum laporan hasil observasil berfungsi
sebagai alat pendokumentasian suatu objek atau suatu kegiatan.
7. Gagasan pokok setiap paragraf diperlukan untuk
menyusun ringkasan laporan hasil observasi dengan menggunakan kata penghubung
(konjungsi) yang tepat.
b) Struktur Laporan Hasil Observasi
1. Langkah mengidentifikasi laporan hasil observasi,
selain memahami ciri-ciri dan fungsinya, harus memahami strukturnya.
2. Struktur laporan hasil observasi ada tiga, yakni
(a) pernyataan umum/ definisi umum, (b) deskripsi bagian, dan (c) deskripsi
manfaat.
3. Langkah terakhir dalam mengidentifikasi laporan
hasil observasi agar mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang diberikan dalam
laporan hasil observasi yakni, dengan cara menyusun ringkasan.
4. Penyusunan ringkasan dapat dilakukan dengan mudah
dengan menentukan gagasangagasan pokok setiap paragrafnya.
5. Gagasan pokok tersebut dirangkai dengan menggunakan
konjungsi yang tapat dan sesuai.
c) Aspek Kebahasaan Laporan Hasil Observasi
1. Teks laporan hasil observasi dapat dianalisis dari
segi isi dan kaidah kebahasaannya. Melalui hal tersebut dapat menunjukkan
perbedaan isi teks yang memiliki topik pengamatan yang sama serta mengetahui
karakteristik teks laporan hasil observasi dari jenis yang lain.
2. Dari segi
kaidah kebahasaan, teks laporan hasil observasi tersusun atas berbagai kata
untuk menjelaskan informasi, yaitu nomina, verba, material, kopula, verba
pengelompok, verba keadaan, dan istilah teknis.
3. Hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis
kaidah kebahasaan meliputi struktur kalimat, pemilihan kata, penulisan ejaan,
efektivitas kalimat, dan kepaduan antarkalimat dan antarparagraf.
4. Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menulis
teks laporan hasil observasi sebagai berikut :
a. Menentukan topik dan objek observasi.
b. Merencanakan
penyelesaian masalah.
c. Melakukan pengamatan.
d. Mencatat hasil pengamatan.
e. Meneliti kembali hasil pengamatan.
f. Menyusun kerangka laporan.
g. Menyusun laporan hasil observasi.
h. Menyunting teks hasil observasi.
B.
Teks
Eksposisi
a) Permasalahan dan Argumentasi dalam Teks
Eksposisi
1. Eksposisi biasa digunakan seseorang untuk
menyajikan gagasan.
2. Untuk menguatkan gagasan yang disampaikan penulis
atau pembicara harus menyertakan alasan-alasan logis.
3. Eksposisi kata serapan dari bahasa Inggris yaitu
eksposition.
4. Teks Eksposisi adalah sebuah teks yang isinya
mengandung informasi dan pengetahuan yang dimuat secara singkat, padat, dan
jelas. Teks eksposisi memiliki tujuan untuk menjelaskan suatu informasi
tertentu agar dapat menambah ilmu dan pengetahuan audiens, sehingga setelah
membaca teks diharapkan pembaca akan mendapatkan pengetahuan secara terperinci
mengenai suatu hal atau kejadian.
5. Permasalahan
merupakan pokok bahasan yang menjadi bagian yang akan dibahas pada teks
eksposisi.
6. Argumentasi merupakan bukti atau alasan yang
dipergunakan dalam memperkuat pendapat.
b) Pengetahuan dan Rekomendasi dalam Teks
Eksposisi
b)
1. Teks eksposisi adalah sebuah teks yang mengandung
sejumlah informasi yang isinya bertujuan untuk menjelaskan atau mengungkapkan
gagasan berdasarkan argumentasi yang kuat untuk meyakinkan pembaca.
2. Pengetahuan dalam teks eksposisi juga menjadi ciri
khusus bahwa seluruh informasi di dalamnya berupa pernyataan objektif
3. Rekomendasi merupakan pernyataan yang dapat
dipercaya, biasanya berupa penegasan pada bagian akhir teks.
4. Langkah-langkah pengembangan teks eksposisi adalah
menentukan topik/masalah, menyusun kerangka tulisan, mengumpulkan bahan
tulisan, lalu mengembangkan kerangka tulisan.
c)
Struktur
Teks Eksposisi
c)Teks eksposisi dibangun oleh
tiga struktur yang membangun teks tersebut menjadi sebuah teks eksposisi. Ketiga
struktur tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pernyataan Pendapat (tesis) Merupakan bagian teks
yang berisikan pernyataan pendapat (tesis) sang penulis. Bagian ini juga biasa
disebut sebagai bagian pembuka.
2. Argumentasi Merupakan unsur penjelas untuk
mendukung tesis yang disampaikan, berisikan alasan yang dapat memperkuat
argumen penulis dalam memperkuat ataupun menolak suatu gagasan.
3. Penegasan Ulang Pendapat Merupakan bagian yang
berisi penegasan ulang pendapat sang penulis. yaitu bagian yang bertujuan
menegaskan pendapat awal serta menambah rekomendasi atau saran.
d) Kebahasaan Teks Eksposisisi
Unsur Kebahasaan Teks Eksposisi Pada umumnya, teks
eksposisi memiliki kaidah kebahasaan sebagai berikut:
1. Menggunakan kata-kata teknis atau peristilahan
Istilah adalah kata atau frasa (kombinasi kata-kata) yang digunakan sebagai
nama atau simbol dan yang dengan hati-hati mengekspresikan makna suatu konsep,
proses, kondisi atau karakteristik yang unik dalam bidang tertentu, seperti
sains, teknologi, seni dan sebagainya.
2. Menggunakan kata-kata yang menunjukkan hubungan
penyebaban untuk menyatakan sesuatu yang argumentatif (hubungan kausalitas).
3. Menggunakan kata-kata yang menyatakan hubungan
temporal (sebelum itu, kemudian, pada akhirnya, sebaliknya) ataupun
perbandingan/pertentangan (sementara itu, sedangkan berbeda halnya, namun).
Kata-kata itu digunakan untuk menyampaikan urutan argumentasi/fakta ataupun
penolakan/penentangan terhadap argumen lainnya.
4. Menggunakan kata-kata kerja mental (mental verb),
yakni kata kerja yang menyatakan kegiatan abstrak, sebagai bentuk aktivitas
pikiran.
5. Menggunakan kata-kata perujukan, seperti menurut,
berdasarkan..., merujuk...
6. Menggunakan kata-kata persuasif, seperti hendaklah,
sebaiknya, diharapkan, perlu, harus, seharusnya.
C.
Teks
Anekdot
a) Pokok-Pokok Isi Teks Anekdot
a)
1. Anekdot merupakan cerita lucu yang bersifat
menghibur yang dikemas dalam bentuk narasi atau percakapan. Anekdot
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan untuk introspeksi maupun inspirasi
2. Anekdot juga digunakan sebagai media untuk
mengkritik dan menyindir secara halus karena dikemas dalam cerita yang lucu dan
menggelitik .sehingga membuat orang dengan sebang hati menerima kritikan
tersebut.
3. Untuk memahami anekdot, pembaca harus mencermati
topik dan rangkaian peristiwa yang diperkenalkan oleh tokoh.
4. Dalam menyusun atau mengonstruksi kita harus
menentukan topik, sasaran , dan unsur kelucuan dalam anekdot. Serta
menyimpulkan makna dan pesan tersirat di
dalamnya.
b) Makna Tersirat Teks Anekdot
b)
-Anekdot berisi makna tersirat yang mengandung pesan
tertentu, makna tersebut dapat dikonstruksikan dengan memahami topik , sasaran
, dan unsur kelucuan.
-Menemukan makna tersirat dilakukan dengan memahami
isi anekdot, menghubungkan makna dengan fakta, dan nilai-nilai kehidupan,
mengonstruksi makna tersirat bertujuan membantu memahami masalah yang dikritik
dalam anekdot.
-Anekdot diciptakan berdasarkan pengalaman atau
peristiwa yang terdapat di sekitar. Teks anekdot juga dapat ditulis dengan cara
mengonstruksi anekdot orang lain ke dalam bentuk yang berbeda.
-Dalam menciptakan teks anekdot perlu identifikasi dan
perenungan untuk mendapatkan makna atau pesan yang ingin disampaikan oleh
penulis.
c) Struktur Teks Anekdot
c)
1. Teks anekdot ialah cerita singkat yang menarik,
lucu, dan mengesankan.
2. Teks anekdot bukan hanya sekadar cerita lucu,
melainkan terdapat nilai-nilai atau makna dibalik cerita lucunya.
3. Teks anekdot biasanya mengenai orang penting atau
terkenal
4. Teks anekdot selain berdasarkan kejadian yang
sebenarnya juga merupakan cerita rekaan.
5. Tujuan utama teks anekdot tidak hanya untuk
membangkitkan tawa, tetapi untuk mengungkapkan suatu kebenaran yang di dalamnya
ada sindiran secara tidak langsung.
6. Artinya, teks anekdot bukanlah sekadar hanya
lelucon semata.
7. Struktur teks anekdot terdiri atas abstrak,
orientasi, krisis, reaksi, dan koda
8. Teks anekdot ini sama seperti teks narasi, yang di
dalamnya terdapat tokoh, alur dan latar.
9. Penyajian teks anekdot berbagai macam, selain
berbentuk teks narasi, dapat juga berbentuk dialog dan cerita bergambar.
10. Hal utama dalam penyajian teks anekdot selalu
menggunakan kalimat langsung.
d) Kebahasaan Teks Anekdot
1. Unsur kebahasaan yang paling kentara dalam teks
anekdot adalah kalimat langsung.
2. Selain itu, ada nama-nama tokoh atau tokoh yang
disamarkan, seperti, presiden, jaksa, menteri, hakim, dan lain-lain.
3. Unsur kebahasaan lainnya, yaitu keterangan waktu,
kata kiasan, kalimat sindiran, konjungsi penjelas, kata kerja material, kata
kerja mental, konjungsi sebab akibat, kalimat imperatif, kalimat seru, dan
konjungsi temporal, dan kalimat retoris.
4. Kalimat retoris di sini dapat juga sebagai kalimat
yang mengandung sindiran.
5. Unsur kebahasaan teks anekdot yang tertera bersifat
penyesuaian, artinya tergantung teks anekdotnya. Harus selalu ada? Tidak! unsur
kebahasaan dalam teks anekdot terkadang ada yang tidak ada disesuaikan dengan
teksnya. Akan tetapi, secara garis besar unsur kebahasaan yang dijelaskan
biasanya terdapat di dalam sebuah teks anekdot.
6. Dalam penyusunan teks anekdot, yang harus
diperhatikan, yaitu (a) tentukan topiknya, (b) tentukan kritik yang akan
disajikan, (c) rancang bagian humornya, (d) tentukan tokohnya, (e) rinci
peristiwa dengan struktur teks anekdot, (f) kembangkan kerangka, dan (g) lakukan
penyuntingan.
D.
Teks
Hikayat
a) Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Hikayat
a)1.
Hikayat ini termasuk ke dalam jenis cerita rakyat.
2. Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk
prosa yang berisi cerita, undangundang, dan silsilah bersifat rekaan,
keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk
pelipur lara, pembangkit semangat juang atau sekadar untuk meramaikan pesta.
3. Fungsi hikayat untuk menumbuhkan jiwa kepahlawanan,
kepentingan didaktis, dan sarana hiburan.
4. Pada zaman dahulu hikayat ini sering dibacakan pada
saat hati sedang gundah, gelisah, dapat juga untuk menghibur teman, atau
pelipur lara atau dibacakan pada saat perang untuk mengobarkan api semangat
para pahlawan.
5. Nilai-nilai adalah merupakan unsur ekstrinsik yang
mempengaruhi karya sastra dari luar cerita yaitu atas pengaruh pengarangnya.
6. Nilai-nilai karya sastra biasanya tampak pada
karakter tokoh yang diciptakan oleh pengarang cerita tersebut.
7. Nilai-nilai dalam kehidupan banyak macamnya, nilai
yang paling sering muncul dari hikayat biasanya nilai moral, sosial, budaya,
edukasi, dan religius.
8. Hikayat merupakan media yang ampuh di masyarakat
dalam kehidupan.
9. Hikayat banyak mengajarkan kehidupan secara tidak
langsung sehingga seseorang tidak akan merasa digurui
10. Setiap hikayat dapat saja mengandung berbagai
nilai-nilai kehidupan.
b) Isi yang Terkandung Dalam Hikayat
1. Ciri-ciri hikayat, sebagai berikut: (a) Berpusat
atau bercerita tentang kerajaan (istana sentris); (b) Tak diketahui nama
pengarangnya (anonim); (c) Mengandung banyak nilai, terutama nilai moral; (d)
Cerita hanya seputar peperangan antarkerajaan, keajaiban, kekuatan gaib, serta
percintaan (statis); (e) Selalu berakhir dengan kemenangan tokoh utama (happy
ending)
2. Salah satu latihan awal untuk menjadi penulis
cerita rakyat, kalian harus mengetahui bagian-bagian penting dalam hikayat.
3. Bagian-bagian penting dalam di antaranya menemukan
pesan/amanat dan nilai-nilai yang disajikan di dalamnya.
4. Mengolah bagian -bagian penting harus sesuai dengan
struktur hikayat. 5. Merekontruksi hikayat yang utama adalah mengubah kata-kata
arkais menjadi kata-kata yang mudah dipahami.
c) Perbandingan Cerita Rakyat dan Cerpen
1. Cerita rakyat adalah cerita pada masa lampau yang
menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam
mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa.
2. Karakteristik cerita rakyat meliputi kesaktian,
kemustahilan, anonim, bertema istana, penyebarannya secara lisan, dan
tradisional.
3. Nilai-nilai cerita rakyat, meliputi nilai sosial,
budaya, keagamaan/ religi, moral, estetika/ keindahan dan pendidikan/edukasi
dan lain-lain.
4. Gaya bahasa cerita rakyat menggunakan bahasa melayu
klasik. Ciri bahasa yang dominan dalam cerita rakyatt adalah banyak menggunakan
konjugsi pada setiap awal kalimat dan penggunakan kata arkais.
d) Pengembangan Cerita Rakyat (hikayat) ke
dalam Bentuk Cerpen
Mengembangkan ceita rakyat menjadi cerpen perlu
memerhatikan:
1. memahami teks asli cerita sejarah
2. mengembangkan cerita ke dalam kerangkan cerpen
3. mengubah alur menjadi alur tunggal
4. mempertahankan nilai-nilai yang ada pada cerita
rakyat
5. memerhatikan ketentuan penulisan yang sudah diatur
dalam PUEBI.
Penjelasan Materi
Struktur Teks Laporan Hasil Observasi
Unsur Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi
Isi, Permasalahan Dan Argumen
Struktur Teks Eksposisi
Unsur Kebahasaan Teks Eksposisi
Menyusun Teks Eksposisi
Makna Tersirat Dalam Teks Anekdot
Struktur Teks Anekdot
Unsur Kebahasaan Dan Menyusun Teks
Nilai dan Isi Teks Hikayat
Membandingkan Nilai Dan Kebahasaan Cerpen Dan Hikayat
Mengembangkan Hikayat Ke Dalam Bentuk Cerpen
Komentar
Posting Komentar