3.8 Membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat dan cerpen.

 


Video Penjelasan : https://youtu.be/Je7NSOWb6T0

Evaluasi materi: https://ajidwipratikno.blogspot.com/2021/11/tugas-membandingkan-nilai-nilai-dan.html

3.8 Membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat dan cerpen.

Perbandingan Cerita Rakyat dan Cerpen

1. Pengertian cerita rakyat

Cerita rakyat merupakan cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri khas disetiap bangsa yang mempunyai kultur budaya yang beraneka ragam yang mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Apabila kalian pernah mendengar tentang karya sastra melayu Klasik adalah sastra lama yang lahir pada masyarakat lama atau tradisional yakni suatu masyarakat yang masih sederhana dan terikat oleh adat istiadat. Karya sastra tersebut berkembang sebelum periode tahun 20-an. Pada awalnya bentuk sastra merupakan cerita rakyat yang disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut dan turun temurun. Menurut A. Ikram, dalam bukunya Filologi Nusantara (Jakarta: Pustaka Jaya 1991, hal. 220) Sekarang cerita rakyat ditulis dan diterbitkan menjadi buku, seperti halnya cerpen atau novel.

Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat. Sastra tersebut disebut sebagai sastra melayu klasik karena sastra tersebut berkembang di daerah melayu pada masa sebelum dan sesudah Islam hingga mendekati tahun 1920-an di masa balai pustaka. Dengan demikian jelaslah bahwa cerita rakyat merupakan akar cerita Melayu Klasik. Mengapa dinamakan karya sastra Melayu Klasik karena sastra lama yang lahir pada masyarakat lama atau tradisional yakni suatu masyarakat yang masih sederhana dan terikat oleh adat istiadat, seperti apa yang telah ditulis di atas.

 

2. Nilai-nilai cerita rakyat

Nilai adalah suatu yang berharga, bermutu, menunjukan kualitas, dan berguna bagi manusia. Dalam karya sastra berwujud makna di balik apa yang ditulis melalui unsur instrinsik seperti perilaku, dialog, peristiwa, setting, dan sebagainya. Menurut Suherli, dkk. terdapat enam nilai dalam hikayat, yaitu

a. Nilai budaya

Nilai yang diambil dari budaya yang berkembang secara turun menurun di masyarakat (berhubungan dengan budaya melayu) Ciri khas nilai-nilai budaya dibandingkan nilai lainnya adalah masyarakt takut meninggalkan atau menentang nilai tersebut karena ‘takut’ sesuatu yang buruk akan menimpanya.

b. Nilai moral

Nilai yang berhubungan dengan masalah moral. Pada dasarnya nilai moral berkaitan dengan nasihat-nasihat yang berkaitan dengan budi pekerti, perilaku, atau tata susila yang dapat diperoleh pembaca dari cerita yang dibaca atau dinikmatinya.

c. Nilai agama/ religi

Nilai yang berhubungan dengan masalah keagaman. Nilai religi biasanya ditandai dengan penggunaan kata dan konsep Tuhan, mahluk ghaib, dosa-pahala, serta surga-neraka.

d. Nilai pendidikan/ edukasi

Nilai yang berhubungan dengan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang/kelompak orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan

e. Nilai estetika

Nilai yang berhubungan dengan keindahan dan seni.

f. Nilai sosial

Nilai yang berhubungan dengan kehidupan di dalam masyarakat. Biasanya berupa nasihat-nasihat yang berkaitan dengan kemasyarakatan. Indikasi nilai sosial dikaitkan dengan kepatuhan dan kepantasan bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan mempelajari cerita rakyat kalian akan mengetahui tentang budaya, moral, agama, pendidikan, sasial dan nilai-nilai kehidupan lain. Dari cerita hikayat, kitadapat memetik nilai-nilaikehidupansebagaicerminbagi kehidupan kita.

 

3. Karakteristik cerita rakyat

Cerita rakyat/ hikayat merupakan sebuah teks narasi yang berbeda dengan narasi lain. Di antara karakteristik adalah

a. Kemustahilan

Salah satu ciri cerita rakyat/hikayat adalah kemustahilan dalam teks, baik dari segi bahasa maupun dari segi cerita. Kemustahilan berarti hal yang tidak logis atau tidak bisa dinalar.

b. Kesaktian

Selain kemustahilan, seringkali dapat kita temukan kesaktian para tokoh dalam cerita rakyat/hikayat. Kesaktian dalam Hikayat Indera Bangsawan ditunjukkan dengan kesaktian kedua pangeran kembar, Syah Peri dan Indera Bangsawan, serta raksasa kesaktian itu: (1) Syah Peri mengalahkan Garuda yang mampu merusak sebuah kerajaan; (2) Raksasamemberisarungkesaktianuntukmengubahwujud dan kuda hijau untuk mengalahkanBuraksa; (3) Indera Bangsawan mengalahkan Buraksa.

c. Anonim

Salah satu ciri cerita rakyat, termasuk hikayat, adalah anonim. Anonim berarti tidak diketahui secara jelas nama pencerita atau pengarang. Hal tersebut disebabkan cerita disampaikan secara lisan. Bahkan, dahulu masyarakatmemercayaibahwa ceritayangdisampaikanadalahnyatadan tidak ada yang sengaja mengarang.

d. Istana Sentris

Cerita rakyat/ hikayatseringkalibertemadanberlatarkerajaan.DalamHikayatIndera Bangsawan hal tersebut dapat dibuktikan dengan tokoh yangdiceritakan adalah raja dan anak raja, yaitu Raja Indera Bungsu, putranya Syah Peri dan Indera Bangsawan,PutriRatnaSari,RajaKabir,danPutriKemalaSari. Selain itu,latar tempat dalam cerita tersebut adalah negeri yang dipimpin oleh raja serta istana dalam suatu kerajaan.

e. Penyebarannya secara lisan

Alasan mengapa disebarkan secara lisan? Penyebab utamanya adalah pergerakan zaman dahulu sangatlah lambat jika dibandingkan dengan konvoi masyarakat di zaman modern ini. Oleh karena itu, penyebaran budaya dan cerita secara lisan akan lebih mempercepat tersebarnya cerita dibandingkan dengan menggunakan media tulisan. Selain itu, melalui budaya lisan, masyarakat juga mampu lebih intens memberikan nilai-nilai positif nan terdapat di dalam cerita sehingga pesan moral yang terdapat di dalamnya akan sampai kepada pendengar dengan lebih cepat dan efektif. Akibat penyebarannya yang secara lisan tidak jarang menimbulkan berbagai variasi karya cerita rakyat.

f. Tradisional

Mempertahankan kebiasaan masyarakat jaman dulu atau adat istiadat. Hal ini menjadikan karya tersebut klise dalam susunan atau cara pengungkapannya.

 

4. Gaya bahasa Cerita Rakyat

Gaya bahasa atau penggunaan bahasa cerita rakyat biasanya menggunakan bahasa melayu klasik. Ciri bahasa yang dominan dalam cerita sejarah/ hikayat adalah

a. Menggunakan majas

Penggunaan majas bertujuan agar cerita lebih menarik.

b. Banyak menggunakan konjugsi pada setiap awal kalimat

Contoh: Hattadatanglah kesembilanoranganak rajameminta susukambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu . Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergimengaji kepadaMualim Sufian.

c. Menggunakan kata arkais.

Meskipun bahasa yang digunakan dalam cerita rakyat bahasa Indonesia (berasal dari bahasa Melayu), tidak semua kata dalam cerita rakyat dijumpai dalam bahasa Indonesia sekarang. Kata-kata dalam hikayat sudah jarang digunakan atau bahkan sudah asing disebut sebagai kata-kata arkais.

d. Mengungkapkan sesuatu yang mustahil atau tidak masuk akal.

Hal ini ditandai oleh tokoh-tokohnya yang melakukan kegiatan yang tidak masuk akal. Misalnya dapat berbicara dengan binatang, bisa memasak di telapak tangan, bisa terbang dn lain-lain.

 

5. Pengertian, Penggunaan Bahasa dan Nilai-nilai dalam Cerita Pendek

Cerita pendek adalah cerita berpusat pada satu tokoh dan situasi tertentu dimana ada puncak masalah (klimaks) dan penyelesaiannya. Selain itu, di dalam cerita pendek atau cerpen terdapat kurang dari 10.000 kata saja, sehingga cenderung singkat dan padat. Penggunaan bahasa dalam cerpen adalah:

a. menggunakan bahasa sugestif

b. menggunakan bahasa yang naratif

c. menggunakan kata kiasan, majas atau bersaya

d. menggunakan kata sifat

e. menggunakan kata ganti atau partisipan personal

 f. menggunakan keterangan

g. bahasanya singkat, padat, intensif

h. menggunakan konjungsi sebab akibat

i. menggunakan kata istilah yang sesuai

j. enggunakan kata kerja aksi

 

Kandungan nila-nilai dalan cerpen sama seperti kandungan nilai-nilai dalam karya-karya lain. Seperti nilai yang ada pada teks cerita rakyat yaitu nilai sosial, budaya, moral, pendidikan, religius dan sebagainya.

 

6. Membandingkan Penggunaan Bahasa dalam Cerpen dan Hikayat

Hikayat dan cerpen sama-sama merupakan teks narasi fiksi. Keduanya mempunyai unsur intrinsik yang sama yaitu tema, tokoh dan penokohan, sudut pandang, seting, gaya bahasa, dan alur.

 Sekarang kamu akan mempelajari perbandingan bahasa dalam cerpen dan hikayat. Kaidah bahasa yang dominan dalam cerpen adalah penggunaan gaya bahasa (majas) dan penggunaan konjungsi yangmenyatakan urutan waktu dan urutan kejadian.

a. Penggunaan Majas

Penggunaan majas dalam cerpen dan hikayat berfungsi untuk membuat cerita lebih menarik jika dibandingkan menggunakan bahasa yang bermakna lugas. Ada berbagai jenis majas yang digunakan baik dalam cerpen dan hikayat. Di antara majas yang sering digunakan dalamcerpen maupunhikayatadalahmajasantonomasia, metafora,hiperboladanmajas perbandingan.

Meskipun sama-sama menggunakan gaya bahasa, tetapi gaya bahasa yang digunakan dalam hikayat berbeda penyajiannya dengan gaya bahasa dalam cerpen.

Si Miskin laki-bini dengn rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki berkeliling di Negeri antah berantah di bawah pemerintahan MaharajaInderaDewa.Kemanamerekapergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarah- darah tubuhnya.

Sepanjang perjalanan menangislah Si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki.

Si Miskin dalam kutipan hikayat di atas merupakan contoh majas antonomasia yaitu majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau sifatnya yang menonjol. Bandingkan dengan penggunaan majas antonomasia dalam penggalan novel Putri Tidur dan Pesawat Terbang karya Gabriel Garcia Marquez berikut ini.

Pilihmana,”katanya,“tiga,empat,atautujuh?” “Empat.”Ia tersenyum penuh kemenangan. “Selamalimabelas tahunsayabekerjadisini,”katanya,“Andaorangpertama yang tidak memilih tujuh.” Ia menulis nomor kursi di boarding passku dan mengembalikannyabersama dokumendokumenku, lalu memandangku untuk kali pertama dengan matanya yang berwarna anggur,sebuahhiburansampaiakubisamelihatSi Cantik lagi.

Kemudian ia memberi tahu bahwa bandara baru saja ditutup dan semua penerbangan ditunda. Dikutip dari: http://icanjambi.blogspot.co.id

Majas simile juga banyak digunakan dalam hikayat maupun cerpen. Majas simile adalah majas yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung atau kata pembanding yang biasa digunakan antara lain: seperti, laksana, bak, dan bagaikan. Penggunaan majas pada cerita rakyat/hikayat

Maka Si Miskin itupun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang banyak, Si Miskinlakibinidenganrupakainnyasepertidimamah anjing rupanya. Makaorang banyak itupunramailah iatertawa seraya mengambil kayu danbatu. Hikayat Si Miskin

b. Penggunaan konjungsi

Baik cerpen maupun hikayat merupakan teks narasi yang banyak menceritakan urutan peristiwa atau kejadian. Untuk menceritakan urutan peristiwa atau alur tersebut keduanya menggunakan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan kejadian. Perhatikan contoh penggunaan konjungsi pada penggalan hikayat berikut ini.

Pada suatu hariKhojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu mintaizinlahdiakepada istrinya.Sebelumdiapergi,berpesanlahdiapada istrinya itu, jika ada barang suatu pekerjaan, mufakatlahdenganduaekor unggasitu,hubaya-hubayajangantiada,karenafitnahdiduniaamat besar lagitajamdaripadasenjata. Hattabeberapalamaditinggalsuaminya,ada anakRajaAjam berkuda lalu melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu elok. Berkencanlah mereka untuk bertemumelaluiseorangperempuantua. Maka pada suatu malam, pamitlah Bibi Zainab kepada burung tiung itu hendak menemui anak raja itu. Maka bernasihatlah ditentang perbuatannya yang melanggar aturan Allah SWT. Maka marahlah istri Khojan Maimun dan disentakkannya tiung itu dari sangkarnya dan dihempaskannya sampai mati. Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpura-puratidur. Hikayat Bayan Budiman

Konjungsi “sebelum” yang bergaris bawah dalam penggalan hikayat di atas menunjukkan urutan waktu sedang konjungsi “lalu” menyatakan urutan kejadian. Penggunaan konjungsi yang tepat sangat penting untuk mengembangkan alur cerita

Bandingkan dengan penggunaan konjungsi dalam penggalan cerpen berikut ini.

Melilit perutnya kian menjadi-jadi. Terlampau perihnya, hingga seluruh pandangannya terasa buram. Leyla seperti melihat ribuan kunang-kunang berlesatan mengitari kepalanya. Selanjutnya Ketika Leyla memutuskan untuk mengungsi, meninggalkan kam- pong halamannya, perih yang mutnya, ia menyebut kunang-kunang itu sebagai sang maut. Sang maut yang selalu menguntitnya dan sewaktu-waktu siap mengantarnya menyusul almarhum suaminya. Menjemput Maut di Mogadishu karya Masdar Zaenal  Sumber:KoranKompasMinggu,1Juli2012

Konjungsi “ketika” dalam kutipan di atas menyatakan hubungan waktu, sedangkan konjungsi “selanjutnya” menyatakan urutan peristiwa.

 

7. Membandingkan Nilai dalam Teks Hikayat dengan Nilai Cerpen

Pada pembelajaran yang telah lalu kamu telah memahami bahwa banyak nilai dalam hikayat yang masih sesuai dengan kehidupan masa kini. Sebagai karya sastra modernyangmengangkatnilai-nilaikehidupanmasa kini, dapat diduga bahwa banyak nilai dalam hikayat yang bersesuaian dengan nilai dalam hikayat.


Komentar