Unsur Kebahasaan Teks Editorial beserta Contoh Analisis #Tekseditorial #unsurkebahasaantekseditorial
Unsur Kebahasaan Teks Editorial beserta Contoh Analisis
1.
Adverbia
frekuentatif
Adverbia frekuentatif adalah adverbia yang mempertegas ekspresi kepastian.
Dalam tradisi struktru fungsional linguistik (SFL), hal ini sering juga disebut
modalitas. Contoh adverbia frekuentatif adalah
selalu, biasanya, sering, kadangkadang, jarang, dan kerap.
2.
Modalitas
Salah satu ciri kebahasaan teks editorial adalah adanya penggunaan kalimat
pendapat dan pandangan seorang penulis terhadap suatu permasalahan (tesis).
Untuk menunjukkan hal ini, teks editorial membutuhkan ciri kebahasaan yang
lain, yaitu modalitas.
Modalitas adalah cara penulis menyatakan sikap dalam sebuah komunikasi.
Beberapa bentuk modalitas di antaranya adalah memang, niscaya, pasti, sungguh,
sangat, tentu, tidak, bukan (untuk menyatakan kepastian), agaknya, barangkali,
mungkin, rasanya, rupanya (untuk menyatakan kesangsian), semoga, mudahmudahan
(menyatakan keinginan), jangan (larangan), mustahil (keheranan).
3.
Penggunaan kalimat retoris
Kalimat retoris adalah kalimat
pertanyaan yang tidak ditujukan untuk mendapatkan jawaban. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut dimaksudkan agar pembaca menemukan masalah yang dipertanyakan tersebut
sehingga tergugah untuk berbuat sesuatu, atau minimal berubah pandangannya
terhadap isu yang dibahas.
Contoh
Benarkah pemerintah tidak tahu
atau tidak diberi tahu mengenai rencana Pertamina menaikan harga elpiji?
4.
Menggunakan kata-kata popular
Menggunakan kata-kata populer
sehingga mudah bagi khalayak untuk mencernanya. Tujuannya agar pembaca merasa
santai meskipun membaca masalah yang serius dipenuhi dengan tanggapan yang
kritis.
Contoh
Pandemi: wabah penyakit yang
terjadi serempak dimana-mana, meliputi daerah geografis yang luas (seluruh
Negara/benua)
Globalisasi: proses mendunianya
suatu hal sehingga batas antara negara menjadi hilang.
5.
Menggunakan kata ganti penunjuk
Menggunakan kata ganti penunjuk
yang merujuk pada waktu, tempat, peristiwa atau hal lainnya yang menjadi fokus
bacaan.
Contoh
Sungguh kenaikan harga itu
merupakan kado yang tidak simpatik, tidak bijak dan tidak logis.
Rasanya mustahil kalau pemerintah
dalam hal ini Menteri BUMN tidak tahu serta tidak simintai pandangan, pendapat
dan pertimbangan.
6.
Penggunaan konjungsi kausalitas
Banyaknya penggunaan konjungsi
kausalitas seperti sebab, karena, oleh sebab itu. Hal ini terkait dengan
penggunaan sejumlah argumen yang dikemukakan redaktur berkenaan dengan masalah
yang dikupasnya.
Contoh
Masyarakat sebagai konsumen
menjadi terkaget-kaget karena kenaikan tanpa didahului sosialisasi. Malah boleh
jadi ada politisi yang mengkategorikannya sebagai reaksi yang cenderung
bersifat pencitraan sehingga terbangun kesan bahwa pemerintah memperhatikan
kesulitan sekaligus melindungi kebutuhan masyarakat.
Konjungsi
yang digunakan pada teks editorial adalah konjungsi eksternal temporal,
konjungsi internal penegasan, dan konjungsi kausalitas/sebab-akibat. Berikut
adalah contoh ketiga konjungsi tersebut.
Konjungsi
eksternal adalah konjungsi yang menghubungkan dua peristiwa, deskripsi benda, atau
kualitas di dalam klausa kompleks atau antara dua klausa simpleks.(Klausa
adalah penggabungan kata yang terdiri atas subjek dan predikat.)
Konjungsi
internal adalah konjungsi yang menghubungkan argument atau ide yang terdapat di
antara dua klausa simpleks atau dua kelompok klausa.
7.
Verba/kata kerja
Verba dalam linguistik struktural
harus dianalisis berdasarkan struktur klausa. Hal ini disebabkan skema
informasi diterapkan pada tataran klausa. Kita tidak bisa menerapkan verba
hanya pada tataran jenis kata semata. Halliday membagi verba menjadi enam jenis
proses: material, tingkah laku (behavioural), verbal, mental, relasional, dan
eksistensional. Dalam teks editorial, terdapat tiga jenis proses verba, yaitu
material, mental, dan relasional.
Komentar
Posting Komentar