VIDEO : https://youtu.be/G-h6zUiQ2wg
a) Kalimat Langsung
Banyak menggunakan kalimat langsung yang bervariasi dengan kalimat-kalimat
tidak langsung. Kalimat-kalimat langsung merupakan petikan dari dialog para
tokohnya, sedangkan kalimat tidak langsung merupakan bentuk penceritaan kembali
dialog seorang tokoh. Bahkan tidak sedikit anekdot yang semuanya berupa dalog
yang menggunakan kalimat-kalimat langsung.
Contoh:
- Nasrudin kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan
Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?”
Hakim tersenyum lebar.“Ah, kau jangan terlalu dalam
memikirkannya.”
b) Penggunaan Nama Tokoh Utama atau Orang Ketiga Tunggal
Penggunaan ini dapat disebutkan secara langsung nama tokoh faktualnya,
seperti Gus Dur atau tokoh yang disamarkan, seperti hakim, presiden, jaksa, atau
tokoh-tokoh masyarakat lainnya.
Contoh:
Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk
mengurus suatu perjanjian.
Tokoh: Nasrudin dan hakim.
c) Keterangan Waktu
Keterangan waktu, misalnya kemarin, sore ini, suatu hari,
ketika itu.
Contoh:
-Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk
mengurus suatu perjanjian. Hakim di desanya selalu mengatakan tidak punya waktu
untuk menandatangani perjanjian itu.
-Saat itu juga Pak Hakim langsung tidak sibuk, dan punya
waktu untuk membubuhi tanda tangan pada perjanjian Nasrudin.
d) Kata Kiasan
Kata kiasan atau konotasi adalah kata yang tidak memiliki
makna sebenarnya. Kata ini dapat berupa ungkapan atau peribahasa.
Contoh:
Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan
bahwa si hakim minta disogok.Tapi kita tahu menyogok itu diharamkan.
Kata disogok atau menyogok merupakan kata kiasan dalam teks
anekdot ini.
e) Kalimat Sindiran
Kalimat sindiran yang diungkapkan dengan pengandaian, perbandingan,
dan lawan kata atau antonim.
Contoh:
-Nasrudin kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim
mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?”
-“Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan
terlalu dalam!”
Kalimat sindiran: “Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan
sendiri, jangan terlalu dalam.”
f) Konjungsi Penjelas
Konjungsi penjelas atau penerang, seperti bahwa. Hal ini karena
berkaitan dengan pengubahan dialog dari kalimat langsung ke kalimat tidak
langsung.
Contoh:
Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan
bahwa si hakim minta disogok.
g) Kata Kerja Material
Kata kerja material adalah kata yang menunjukkan suatu
aktivitas yang dapat dilihat oleh panca indera. Hal ini terkait dengan tindakan
tokohnya dan alur yang membentuk rangkaian peristiwa ataupun kegiatan.
Contoh:
-Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk
mengurus suatu perjanjian.
-Nasrudin menyiapkan sebuah gentong.
-Gentong itu diisinya dengan tahi sapi hingga hampir penuh.
-Kemudian di atasnya, Nasrudin mengoleskan mentega beberapa
sentimeter tebalnya.
h) Kata Kerja Mental
Kata kerja mental adalah kata yang menyatakan sesuatu yang
dipikirkan atau dirasakan seorang tokoh.
Contoh:
-Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan
bahwa si hakim minta disogok.
-Maka Nasrudin memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si
hakim sendiri.
Kata kerja mental : menyimpulkan dan memutuskan.
i) Konjungsi Sebab Akibat
Konjungsi sebab akibat merupakan kata penghubung yang menyatakan
sebab akibat, seperti, demikian, oleh karena itu, maka, dan sehingga.
Contoh:
-Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan
bahwa si hakim minta
disogok.
-Maka Nasrudin memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si
hakim sendiri.
j) Kalimat Imperatif
Kalimat imperatif adalah kalimat yang bersifat atau memberi perintah
atau dapat juga berupa peringatan, larangan.
Contoh:
-Yah,” jawab Nasrudin, “Sesuai ucapan Tuan sendiri, jangan
terlalu dalam!”
k) Kalimat Seru
Kalimat seru biasanya ditandai dengan tanda seru, yang
bersifat untuk menegaskan atau sebagai ungkapan rasa seseorang.
Contoh:
“Wah, enak benar mentega ini!”
l) Konjungsi Temporal
Konjungsi ini bermakna kronologis (temporal), seperti,
akhirnya, selanjutnya, kemudian, lalu
Contoh:
Kemudian di atasnya, Nasrudin mengoleskan mentega beberapa
sentimeter tebalnya. Gentong itu dibawanya ke hadapan Pak Hakim.
m) Kalimat Retoris
Kalimat retoris adalah kalimat pertanyaan yang tidak
membutuhkan jawaban.
Contoh:
Nasrudin kemudian bertanya, “Tuan, apakah pantas Tuan Hakim
mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?”
Kalimat retoris di sini dapat juga sebagai kalimat yang
mengandung sindiran.
Komentar
Posting Komentar