FRASA NOMINA DAN FRASA VERBA PADA TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI



 FRASA NOMINA DAN FRASA VERBA PADA TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

Frasa merupakan salah satu satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih. Frasa biasanya terdiri atas satu/lebih kata yang dikelompokkan dalam kelas kata yang khas. Dari sinilah frasa dapat terbagi menjadi bermacam-macam jenis, misalnya frasa nomina, verba, adverbia, adjektiva, dll.

 

 

1. Kata serta Frasa Verba serta Nomina Jenis kata dan kelompok kata (frasa) yang dominan digunakan dalam sebuah teks laporan hasil observasi adalah verba (kata kerja) dan nomina (kata benda). Untuk memahami hal tersebut, siswa harus mengetahui perbedaan antara kata dan frasa. Kata berbentuk morfem atau morf bebas, yaitu satuan bahasa terkecil (dapat memiliki arti maupun tidak) yang bersifat bebas. Frasa merupakan unsur yang lebih luas, yaitu kelompok kata nonpredikatif, hanya menduduki satu fungsi dalam sebuah kalimat. Perhatikan contoh identifikasi kata benda dan frasa benda dalam teks.

1. Verba merupakan kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan, proses atau keadaan. Verba disebut juga kata kerja. Ciri-ciri verba dapat diketahui dengan mengamati 1) perilaku semantis, 2) perilaku sintaksis, dan 3) bentuk morfologisnya.

Secara umum, Alwi dkk (2010: 91) verba dapat diidentifikasi dengan ciri-ciri berikut. a) Verba memiliki fungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat dalam kalimat.

Contoh:

1) Pencuri itu lari.

2) Anak itu menangis tersedu.

3) Dia memukul bola tenis.

Bagian yang dicetak miring dalam kalimat tersebut adalah predikat. b) Verba mengandung makna inheren perbuatan (aksi), proses atau keadaan yang bukan sifat atau kausalitas. Contoh:

1) Susi belajar dengan tekun. → belajar mengandung makna inheren aksi

2) Daun jati mulai mengering di musim kemarau → mengering mengandung makna inheren proses.

3) Cuaca terdingin di daerah Bromo. → terdingin mengandung makna inheren keadaan.

 

 

 

2. Nomina

Kata nomina sering disebut kata benda. Secara umum, Alwi dkk (2010: 221) nomina dapat diidentifikasi dengan ciri-ciri berikut.

a) Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap.

b) Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak. Kata pengingkarnya adalah bukan.

c) Nomina umumnya dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun dengan di antarai oleh kata yang. Berdasarkan bentuk morfologisnya, nomina terdiri atas (1) nomina yang terbentuk dari kata dasar, (2) nomina turunan dilakukan dengan afiksasi, perulangan, atau pemajemukan.

(1) Nomina dasar

Nomina ini terdiri dari satu morfem. Contoh nomina dasar antara lain gambar, meja, rumah, malam, tahun, pisau, adik, batang, dalam, selasa, butir, dll.

(2) Nomina turunan Nomina turunan dapat terbentuk melalui afiksasi, perulangan, atau pemajemukan.

Perhatikan contoh berikut! Nomina turunan dari proses afiksasi. darat → daratan, pendaratan satu → kesatuan, persatuan, penyatuan Nomina turunan dari proses perulangan Bangun-bangunan Gunung-gunung Corat-coret Sayur-mayur Teka-teki Serba-serbi

 

 

Frasa merupakan salah satu satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih. Frasa biasanya terdiri atas satu/lebih kata yang dikelompokkan dalam kelas kata yang khas. Dari sinilah frasa dapat terbagi menjadi bermacam-macam jenis, misalnya frasa nomina, verba, adverbia, adjektiva, dll.

Frasa nomina sendiri ialah sekumpulan kata yang mengandung setidaknya satu kata benda. Frasa nomina merupakan hasil pengembangan dari nomina (kata benda). Contoh frasa nomina dan penggunaannya dalam kalimat adalah sebagai berikut.

 

Gitar listrik—"Dia senang sekali bermain gitar listrik setiap kali dia datang ke studio musik itu."

Layar kaca—"Acara itu akan ditayangkan untuk pertama kalinya di layar kaca (TV) bulan depan."

Pemain gitar—"Aldo adalah pemain gitar di band tersebut."

 

Frasa nomina dapat terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

 

Frasa nomina modikatif > frasa nomina yang sebagian katanya tidak sama dengan kata lainnya dan mempunyai peran sebagai keterangan tambahan atau pelengkap.

Frasa nomina koordinatif > frasa nomina yang keseluruhan gabungan kata dalam susunannya mempunyai peran sebagai unsur inti yang memiliki fungsi yang setara.

Frasa nomina koordinatif > frasa nomina sebagian dari gabungan kata tersebut mempunyai peran sebagai pengganti unsur utama.

 

2. Afiksasi

Pengertian Afiksasi

Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan mengimbuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Misalnya mengimbuhahkan ber- pada bentuk dasar komunikasi menjadi berkomunikasi, buat menjadi berbuat, tanggungjawab menjadi bertanggung jawab, bekas menjadi berbekas, sepeda motor menjadi bersepeda motor. Pengimbungan meN- pada bentuk dasar coba menjadi mencoba, adu menjadi mengadu, pertanggungjawabkan menjadi mempertanggungjawabkan.

B. Jenis-Jenis Afiks
Dalam linguistik dikenal bermacam-macam afiks dalam proses pembentukan kata. Robins (1992) mengatakan, afiks dapat dibagi secara formal menjadi tiga kelas utama sesuai dengan posisi yang didudukinya dalam hubungannya dengan morfem dasar, yaitu prefiks, infiks, dan sufiks. Sedangkan dari segi penempatannya, afiks-afiks tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok. Jenis afiks tersebut adalah sebagai berikut.

1. Prefiks (awalan), yaitu afiks yang diletakkan di depan kata dasar.

Contoh: ber-, meN-, se-, per-, pe-, dan ter-.

2. Infiks (sisipan), yaitu afiks yang diletakkan di dalam bentuk dasar.

Contoh: -el-, -er-, -em-, dan -in-.

3. Sufiks (akhiran), yaitu afiks yang diletakakan di belakang bentuk dasar.

Contoh: -an, -kan, -i.

4. Simulfiks, yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, simulfiks dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar, dan fungsinya ialah membentuk verba atau memverbakan nomina, adjektiva, atau kelas kata lainnya.

Contoh berikut terdapat dalam bahasa Indonesia nonstandar: kopi menjadi ngopi, cabit menjadi nyabit, soto menjadi nyoto, santai menjadi nyantai, satai menjadi nyatai.

5. Konfiks, yaitu afiks yang terdiri atas dua unsur, yaitu di depan dan di belakang bentuk dasar. Konfik berfungsi sebagai suatu morfem terbagi. Konfiks harus dibedakan dengan kombinasi afiks (imbuhan gabung). Konfiks adalah satu morfem dengan satu makna gramatikal, sedangkan kombinasi afiks adalah gabungan dari beberapa morfem.

Contoh konfiks dalam bahasa Indonesia adalah ke-an, peN-an, per-an, dan ber-an.

Contoh: keadaan yang berasal dari bentuk dasar ada dan mendapat imbuhan ke-an. Pengiriman, persahabatan, kepandaian, dan berpandangan.

6. Kombinasi afiks (imbuhan gabung), yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan bentuk dasar. Afiks tersebut bukan jenis afiks khusus dan hanya merupakan gabungan beberapa afiks yang mempunyai bentuk dan makna gramatikal sendiri, atau dengna kata lain masing-masing menjaga intensitasnya sendiri, muncul secara bersamaan pada bentuk dasar, tetapi berasal dari dalam proses yang bertahap atau berlainan.

 

Komentar