Menulis Puisi untuk Mengungkapkan Perasaan
Salah satu sumber ide untuk menulis puisi yang paling mudah
didapatkan
adalah berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman merupakan
segala
sesuatu yang pernah dibaca, didengar, dilihat, dirasakan,
atau dialami.
Misalnya, ketika muncul ide atau gagasan yang kuat berupa
hubungan
antara penyair dan Tuhan, maka puisinya akan bertema
ketuhanan. Begitu
pula ketika muncul ide atau gagasan yang berkaitan dengan
persoalan
sosial, maka puisi nya akan bertema kritik sosial. Berikut
ini adalah contoh
puisi yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi
penyairnya.
Dalam Diriku
Karya Sapardi Djoko Damono
dalam dirimu mengalir
sungai panjang
darah namanya
dalam diriku menggenang
telaga darah
sukma namanya
dalam diriku meriak
gelombang suara
hidup namanya
dan karena hidup itu indah
aku menangis sepuas-puasnya.
Puisi di atas merupakan puisi yang ditulis berdasarkan
pengalaman
batin penyairnya, bukan merupakan reaksi penyair terhadap
peristiwa
yang terjadi di sekitarnya. Sapardi ingin mengungkapkan
perasaannya,
pemahamannya tentang hakikat dirinya serta bagaimana dia
menjalani
kehidupannya. Bandingkan juga dengan puisi hasil perenungan
batin
berikut ini.
Tuhan Begitu Dekat
Karya: Abdul Hadi WM.
Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padamu
(Sumber: Antologi Puisi Tergantung pada Angin, 1977).
Pada puisi di atas, penyair Abdul Hadi ingin berbagi
pengalaman
religiusnya dengan pembaca. Pada suatu saat ia begitu dekat
dengan Tuhan.
Pada saat yang lain ia merasa tidak berarti di hadapan
Tuhan, seperti nyala
lampu ketika padam, musnah, hilang, ke dalam yang Maha Gaib.
Apabila dicermati proses kreatifnya, puisi-puisi impresionis
Menulis Puisi Berdasarkan Berita yang Dibaca atau Didengar
Baca kembali puisi ‘Tuhan 9 Centi Meter’ di atas. Bandingkan
dengan
puisi Tuhan karya Chairil Anwar. Kamu akan melihat perbedaan
yang tegas
pada kedua puisi di atas. Puisi Tuhan karya Chairil Anwar
lebih banyak
mengungkap perasaan penyair terhadap Tuhannya, hasil
perenungan yang
dalam. Sebaliknya, pada puisi Tuhan 9 Centi Meter, Taufik
Ismail tidak
fokus pada pengungkapan perasaannya terhadap tema yang
dibicarakan
dalam puisinya. Taufik Ismail llebih bantak menuliskan apa
yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Unsur perasaan pribadi tidak
terlalu kuat.
Contoh lain puisi yang dibuat berdasarkan peristiwa nyata
adalah puisi
‘Telah Kau Robek Kain Biru pada bendera Itu’
Komentar
Posting Komentar