Kata kongkret adalah kata yang memungkinkan munculnya imaji
karena dapat ditangkap indera. Ini berkaitan dengan
kemampuan wujud
fisik objek yang dimaksud dalam kata itu untuk membangkitkan
imajinasi
pembaca. Contoh kata ‘salju’ yng berwarna putih dan rasanya
dingin
bisa digunakan untuk menyampaikan makna kias tentang
kesucian,
kehampaan, dan rasa dingin. Dari konsep makna yang terdapat
dalam
kata salju tersebut, penyair bisa memilih kata salju untuk
menggambarkan,
misalnya, rasa rindu. Rasa rindu hanya tumbuh pada seseorang
yang
cintanya suci, tetapi menimbulkan kesedihan di hati yang
mengalaminya.
Contoh lainnya adalah kata ‘rawa-rawa’ yang melambangan
tempat hidup,
bumi, kehidupan yang kotor.
Dengan kata konkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas
peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair.
Pengonkretan kata
ini berhubungan erat dengan pengimajian, pelambangan, dan
pengiasan.
Ketiga hal itu juga memanfaatkan gaya bahasa untuk memperjelas
apa
yang ingin dikemukakan.
Perhatikan contoh berikut ini:
Balada Terbunuhnya Atmo Karpo
Karya: W.S. Rendra
Dengan kuku-kuku besi, kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat, gosokkan tubuhnya pada pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawipun telanjang
......................................................................................
Kata-kata konkret pada puisi di atas di antaranya kuku besi
diartikan
sebagai kaki kuda; kulit bumi diartikan sebagai jalan yang
tidak teraspal;
Penunggang perampok yang diburu diartikan sebagai Atmo Karpo
(seorang
perampok yang menunggang kuda); Surai bau keringat basah
diartikan
sebagai perjalanan yang sangat melelahkan; jenawi diartikan
sebagai
samurai; pun telanjang diartikan sebagai keadaan siap
berperang.
Komentar
Posting Komentar