1Bacalah teks berikut:
Demontrasi
massa
Akhir-akhir
ini demonstrasi kerap terjadi di hampir setiap waktu dan terjadi di berbagai
tempat. Bahkan, demonstrasi sudah menjadi fenomena yang lumrah di tengah-tengah
masyarakat kita. Menanggapi fenomena tersebut, seorang kepala daerah menyatakan
bahwa penyebab demonstrasi dan anarkisme tidak lain adalah faktor laparnya
masyarakat. Lantas ia mencontohkan rakyat Malaysia dan Brunei yang adem ayem, lantaran
kesejahteraan mereka terpenuhi maka demonstrasi di negara-negara itu jarang
terjadi.
Tentu
saja komentar tersebut menyulut reaksi para mahasiswa. Mereka memprotes dan
meminta sang bupati mencabut kembali pernyataannya. Para mahasiswa tidak terima
dan tidak merasa memiliki motif serendah itu. Mereka berpendirian bahwa
demonstrasi yang biasa mereka lakukan murni untuk memperjuangkan kebenaran dan
melawan kemunkaran yang terjadi di hadapannya.
Persoalannya
kemudian, pendapat manakah yang benar; sang bupati atau pihak mahasiswa ataupun
komponen-komponen masyarakat lainnya? Barangkali logika sang bupati dikaitkan
dengan kebiasaan bayi atau anak kecil yang memang begitu adanya. Kalau seorang bayi merasa
lapar, ia akan ngamuk: menangis dan meronta-ronta. Namun, apabila logika sang
bupati dibawa pada konteks yang lebih luas, jelaslah tidak relevan, misalnya
membandingkan dengan kondisi rakyat di Malaysia ataupun Brunei yang adem-ayem, tidak seperti
halnya rakyat Indonesia yang gampangan.
Demonstrasi
massa tidak selalu disebabkan oleh urusan perut, bahkan banyak peristiwa yang
sama sekali tidak didasari oleh motif itu. Dalam kaitannya dengan kebutuhan
manusia, Abraham Maslow membaginya ke dalam beberapa tingkatan. Kebutuhan yang
paling mendasar adalah makan dan minum. Sementara itu, yang paling puncak
adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.
Namun
demikian, pada umumnya demonstrasi massa justru lebih didasari oleh kebutuhan
tingkatan akhir itu. Masyarakat berdemonstrasi karena membutuhkan pengakuan
dari pemerintah ataupun pihak-pihak lain agar hak-hak dan eksistensi mereka
diakui. Oleh karena merasa dibiarkan, hak-haknya diingkari, bahkan dinistakan,
kemudian mereka berusaha untuk menunjukkan jati dirinya dengan cara
berdemonstrasi.
Banyak
fakta dapat membuktikannya. Demonstrasi massa pada awalawal reformasi di negeri
ini pada tahun 1997-1998,
bukan dilakukan oleh rakyat miskin ataupun orang-orang lapar. Justru hal itu
dilakukan oleh warga dari kalangan menengah ke atas, dalam hal ini adalah
mahasiswa dan golongan intelektual. Belum lagi kalau merujuk pada kasus-kasus
yang terjadi di luar negeri. Dalam beragam sekala (besar atau kecil),
demonstrasi bukan hal aneh lagi bagi negara-negara Eropa. Demonstrasi yang
mereka lakukan sudah barang tentu tidak didorong oleh kondisi perut yang lapar
karena mereka pada umumnya dalam kondisi yang sangat makmur.
Perbandingan
yang cukup kontras dengan melihat peristiwa terbaru di Kora Utara. Kondisi
sosial ekonomi warga negaranya sangat jauh terbelakang. Kemiskinan menjadi
pemandangan umum hampir melanda di seluruh pelosok negeri. Akan tetapi, ketika
Kim Jong-Il, pimpinannya itu meninggal, tak ada upaya penggulingan kekuasaan
ataupun demonstrasi untuk menuntut perubahan politik di negerinya. Padahal
peluang untuk itu lebih terbuka. Justru yang terjadi kemudian hampir seluruh
warganya menunduk hidmat, mengantar jenazah pimpinannya ke liang lahat.
Juga apabila kembali melihat kondisi warga di
negeri ini. Kemiskinan sangat akrab di pinggiran kota dan di sudut-sudut desa
di berbagai
pelosok. Akan tetapi, mereka jarang melakukan demonstrasi: hanya satudua peristiwa. Justru yang jauh lebih getol melakukan hal itu adalah warga yang tinggal pusat-pusat kota, yang secara umum mereka lebih makmur.
pelosok. Akan tetapi, mereka jarang melakukan demonstrasi: hanya satudua peristiwa. Justru yang jauh lebih getol melakukan hal itu adalah warga yang tinggal pusat-pusat kota, yang secara umum mereka lebih makmur.
Dengan
fakta-fakta semacam itu, nyatalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebab utama
untuk terjadinya gelombang demonstrasi. Akan tetapi, fenomena tersebut lebih
disebabkan oleh kemampuan berpikir kritis dari warga masyarakat. Mereka tahu
akan hak-haknya, mengerti pula bahwa di sekitarnya telah terjadi pelanggaran
dan kesewenang-wenangan. Mereka kemudian melakukan protes dan menyampaikan
sejumlah tuntutan.
Apabila faktor-faktor itu tidak ada di dalam diri mereka, apapun yang terjadi di sekitarnya, mereka akan seperti kerbau dicocok hidung: manggutmanggut dan berkata “ya” pada apapun tindakan dari impinannya meskipun menyimpang, dan bahkan menzalimi mereka sendiri. (Sumber: Kosasih).
Apabila faktor-faktor itu tidak ada di dalam diri mereka, apapun yang terjadi di sekitarnya, mereka akan seperti kerbau dicocok hidung: manggutmanggut dan berkata “ya” pada apapun tindakan dari impinannya meskipun menyimpang, dan bahkan menzalimi mereka sendiri. (Sumber: Kosasih).
11. Identifikasilah!
a) Pokok-pokok isi
bacaan teks tersebut!
b) Urutkan kejadian
yang menyatakan hubungan kasaulitas !
22. Apa yan dimaksud dengan teks eksplanasi?
33 .
Bagaimana cirri umum dari teks eksplanasi?
44 .
Teks Eksplanasi terbentuk dari unsure apa saja?
55 .
Apa yang dimaksud dengan hubungan kasaulitas dalam teks
eksplanasi?
66.
Apa fungsi fakta dalam teks eksplanasi?
77.
Temukan 5 konjungsi yang dominan dalam teks eksplanasi
tersebut!
88.
Temukan 5 makna istilah dalam teks eksplanasi tersebut?
99.
Tentukan struktur teks eksplanasi tersebut?
110.
Tulislah kembali teks eksplanasi di atas dengan menggunakan
bahasamu sendiri?
Tugas dikerjakan Individu dan dikumpulkan
Komentar
Posting Komentar