CONTOH TEKS ANEKDOT
Teks 1
Aksi
Maling Tertangkap CCTV
Seorang warga melapor kemalingan
Pelapor : “Pak saya kemalingan.”
Polisi : “Kemalingan apa?”
Pelapor : “Mobil, Pak. Tapi saya beruntung Pak...”
Polisi : “Kemalingan apa?”
Pelapor : “Mobil, Pak. Tapi saya beruntung Pak...”
Polisi : “Kemalingan kok beruntung?”
Pelapor : “Iya pak. Saya beruntung karena CCTV merekam
dengan jelas. Saya bisa melihat dengan jelas wajah
malingnya.”
Polisi : “Sudah minta izin malingnya untuk merekam?”
Pelapor : “Iya pak. Saya beruntung karena CCTV merekam
dengan jelas. Saya bisa melihat dengan jelas wajah
malingnya.”
Polisi : “Sudah minta izin malingnya untuk merekam?”
Pelapor : “Belum .... “ (sambil menatap polisi dengan penuh
keheranan.
Polisi : “Itu ilegal. Anda saya tangkap.”
keheranan.
Polisi : “Itu ilegal. Anda saya tangkap.”
Pelapor : (hanya bisa pasrah tak berdaya).
Tono : “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu
duduk,
tidak pernah mau berdiri.”
Udin : “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
tidak pernah mau berdiri.”
Udin : “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
Teks 2
KUHP
Seorang dosen fakultas hukum suatu universitas sedang memberikan
kuliah hukum pidana. Suasana kelas biasa-biasa saja.
Saat sesi tanya-jawab tiba, Ali bertanya kepada pak dosen.“Apa
kepanjangan KUHP, Pak?” Pak dosen tidak menjawab sendiri, melainkan
melemparkannya kepada Ahmad. “Saudara Ahmad, coba dijawab pertanyaan Saudara
Ali tadi,” pinta pak dosen. Dengan tegas Ahmad menjawab, “Kasih Uang Habis
Perkara, Pak …!”
Mahasiswa lain tentu tertawa, sedangkan pak dosen hanya
menggeleng-gelengkan kepala seraya menambahkan pertanyaan kepada Ahmad, “Saudara
Ahmad, dari mana Saudara tahu jawaban itu?”
Dasar Ahmad, pertanyaan pak dosen dijawabnya dengan tegas,
“Peribahasa Inggris mengatakan pengalaman adalah guru yang terbaik, Pak …!”
Semua mahasiswa di kelas itu tercengang. Mereka
berpandang-pandangan. Lalu, mereka tertawa terbahak-bahak.
Gelak tawa mereda. Kelas kembali berlangsung normal.
Sumber :
http://yadi82.blogspot.co.id/2015/10/contoh-teks-anekdot-kuhp-dalam-anekdot.html
Teks 3
Bayar Tol
Pada suatu hari Tutut, anaknya soeharto lewat jalan tol di
Jakarta.
Penjaga tol : “3000
rupiah”.
Tutut yang emangnya ngga punya uang seribuan mengeluarkan uang
lima puluh ribu rupiah lansung aja menyodorkan.
Penjaga tol : “Ini
bu, kembaliannya.”
Bu Tutut : “Sudah… simpan saja buat keluarga
anda.”
Penjaga tol merasa senang karena menerima empat puluh tujuh ribu
rupiah dan langsung berterima kasih kepada Tutut. Setelah beberapa jam Tommy
datang, melewati jalan tol tersebut. Disebabkan mereka anaknya Soeharto, mereka
ngga punya uang receh, Tommy mengeluarkan uang dua puluh ribuan.
Penjaga tol : “
Ini pak, kembaliannya tujuh belas ribu.”
Tommy : “Sudahlah, simpan saja buat sekolah
anak Anda.”
Penjaga langsung memasukkan kembalian itu ke kantongnya dan
berterima kasih banyak ke Tommy.
Setelah beberapa jam Soeharto dengan mobilnya lewat jalan tol.
Soeharto mengeluarkan uang lima ribu rupiah dan disodorkan ke penjaga tol.
Soeharto
menunggu lima menit, ditanyanya kepada penjaga tol.
Soeharto :”Loh, mana uang kembalian saya?’
Penjaga tol :”Ah
Bapak, masa uang dua ribu rupiah aja dibalikin. Tadi Bu Tutut dan Pak Tommy
lewat kembaliannya empat puluh tujuh ribu dan tujuh belas ribu aja diberikan ke
saya, masa Bapak yang dua ribu aja minta kembalian?”
Soeharto : “Tunggu
dulu masa!! Anda tahu siapa Tutut dan Tommy?”
Penjaga tol dengan cekatan menjawab:”Yah tahu Pak! Pertanyaan
gampang toh, jelas Tutut dan Tommy tuh anaknya presiden”
Soeharto :”Pintar
kamu, tahu mereka anak presiden. Nah sedangkan saya kan anak petani!! Sekarang,
mana kembalian saya?”
Penjaga Tol : “!%$%?”
Teks 4
Empat Kali Tujuh
“Empat kali tujuh adalah dua puluh delapan,” kata orang yang
satunya.
“Empat kali tujuh adalah dua puluh tujuh,” kata seorang yang
satunya lagi.
Dua orang itu pada akhirnya bertengkar hebat.Warga yang
menyaksikan menjadi jengkel.
Keduanya akhirnya dibawa menemui hakim setempat.
Hakim memerintahkan agar orang pertama dipenjara. Orang itu
berteriak memprotes,
“Lho, kok, saya? Di mana salah saya? Omongan saya, kan, benar,
Pak Hakim. Empat kalitujuh itu dua puluh delapan. Iya, kan?”
“Kamu itu justru sangat bodoh,” kata hakim itu dengan tenangnya.
“Mau-maunya kamu
bertengkar dengan orang yang tolol, yang mengatakan bahwa empat
kali tujuh adalah dua
puluh tujuh. Bukankah kamu yang seharusnya dihukum?”
Orang itu akhirnya mengangguk setuju dan mengakui bahwa hakim
benar.
Komentar
Posting Komentar